Kak
Robert Sawaji. Perawakanya besar, ramah,
dan seorang pembina dari SMK NEGERI TANDIA Papua Barat.
Setelah dari kontingen Papua
Barat menampilkan aksinya di Pensi malam itu. Di bawah panggung berkumpul
Pramuka Papua Barat yang lainnya. Kami memberanikan diri untuk mendekati
mereka. Awalnya rasa takut itu muncul. Namun, ketika mulai wawancara, ternyata
mereka sangat ramah kepada kami.
Apa
kesan kak Robert di Pertiwana ini?
“Menyenangkan
sekali. Kita semangat, dari sana (Papua Barat) bersama-sama. Sudah masuk
karantina selama dua Minggu, setelah itu kita berangkat bersama ke sini.
Sebelumnya dua hari di Manokwari lalu berangkat ke pelabuhan Tanjung Priok, selama
satu Minggu perjalanan,” ungkapnya. Ya, satu Minggu perjalanan di
kapal.
Kak Robert pun pernah mengalami
macet dari Tanjung priok ke Buperta Cibubur. “Itu yang mengakibatkan kami terlambat,” katanya.
Kondisi
Pramuka di Papua Barat?
“Pramuka
di sana, Telukunama, baru muncul dua tahun yang lalu, jadi kami sangat
tertinggal sekali. Tapi, kami sangat bersyukur, dengan adanya Pertiwana ini
kami bisa ikut serta.”
Ya, di daerah Kak Robert
baru dua tahun lalu ada Pramuka. Sedangkan, Pramuka di Indonesia sudah sepuh,
berumur 53 tahun.
“Mungkin
bila ada kegiatan seperti ini selanjutnya, kami harus ikut serta, dan ada dalam
kegiatanya. Kami sangat bangga dan mengucap syukur sekali kepada panitia yang begitu
berjuang untuk kegitan ini sehingga kami dari Papua Barat bisa datang dan bisa ikut serta,”
lanjutnya, logat Papua menempel kental di setiap kata yang keluar.
“Kami
siap pulang lagi ke daerah kami dan kami kembangkan pertiwana terus, kami akan
melestarikan hutan, kami akan melindungi gunung, pohon, dan lingkungan kami!” ungkapnya penuh semangat.