Dari mimbar upacara, Bapak Simon Sinaga
selaku Pembina upacara dengan lantang menyatakan bahwa pada kesempatan kali
ini, Hari Kebangkitan Nasional, para Pemuda-Pemudia khususnya di SMK N 11
Jakarta harus bangkit. Beratus-ratus tahun
negara ini berjuang untuk merdeka. “Pemuda-Pemudi zaman dahulu berbeda dengan
Pemuda-Pemudi zaman sekarang. Mungkin saja jika Pemuda-Pemudi zaman sekarang
hidup pada zaman dahulu. Bisa tidak merdeka Indonesia,” kata guru produktif
Adm. Perkantoran berdarah Batak itu, keras.
Baginya, memperingati Hari Kebangkitan Nasional bukanlah
hanya ceremony (upacara) semata. Melainkan
ada aplikasi dalam diri. “Percuma kita berdiri capek-capek di sini namun
tidak dapat apa-apa.”
Upacara di SMK N 11 dalam memperingati Harkitnas cukup bagus
tapi, apa intisari atau apa yang bisa kita pelajari dalam upacara kali ini?
Bapak Simon Sinaga menyinggung, suatu hari, beliau pernah
datang ke suatu kelas, lalu bertanya pada salah satu dari mereka tentang apa
intisari dari amanat pembina upacara Senin lalu. Dan hasilnya, tidak ada
sama-sekali yang ingat. Sungguh nahas memang.
Padahal, kata Bapak Simon, amanat pembina upacara Senin lalu
berkenaan dengan karakter, dan karakter Pemuda-Pemudi itu sungguh penting
mengenai jati diri bangsa. Pak Simon kembali flashbeck pada amanat pembina upacara Ibu Mastika Senin lalu.
“Karakter adalah refleksi diri dari apa yang telah kita lihat, dengar, dan
mendekam dalam diri kita sejak dulu. Apa-apa itu yang kita lihat, dengar dan
sebagainya, nantinya akan keluar pada diri kita. Itulah karakter,” ungkap
beliau yang tahun depan akan pensiun itu. (AAB)