Jumat, 22 Mei 2015

Dari mimbar upacara, Bapak Simon Sinaga selaku Pembina upacara dengan lantang menyatakan bahwa pada kesempatan kali ini, Hari Kebangkitan Nasional, para Pemuda-Pemudia khususnya di SMK N 11 Jakarta harus bangkit. Beratus-ratus tahun negara ini berjuang untuk merdeka. “Pemuda-Pemudi zaman dahulu berbeda dengan Pemuda-Pemudi zaman sekarang. Mungkin saja jika Pemuda-Pemudi zaman sekarang hidup pada zaman dahulu. Bisa tidak merdeka Indonesia,” kata guru produktif Adm. Perkantoran berdarah Batak itu, keras.


Sehabis upacara bendera pada hari Senin yang rutin dilaksanakan di SMKN 11 Jakarta.


Baginya, memperingati Hari Kebangkitan Nasional bukanlah hanya ceremony (upacara) semata. Melainkan  ada aplikasi dalam diri. “Percuma kita berdiri capek-capek di sini namun tidak dapat apa-apa.”

Upacara di SMK N 11 dalam memperingati Harkitnas cukup bagus tapi, apa intisari atau apa yang bisa kita pelajari dalam upacara kali ini?

Bapak Simon Sinaga menyinggung, suatu hari, beliau pernah datang ke suatu kelas, lalu bertanya pada salah satu dari mereka tentang apa intisari dari amanat pembina upacara Senin lalu. Dan hasilnya, tidak ada sama-sekali yang ingat. Sungguh nahas memang.

Padahal, kata Bapak Simon, amanat pembina upacara Senin lalu berkenaan dengan karakter, dan karakter Pemuda-Pemudi itu sungguh penting mengenai jati diri bangsa. Pak Simon kembali flashbeck pada amanat pembina upacara Ibu Mastika Senin lalu. “Karakter adalah refleksi diri dari apa yang telah kita lihat, dengar, dan mendekam dalam diri kita sejak dulu. Apa-apa itu yang kita lihat, dengar dan sebagainya, nantinya akan keluar pada diri kita. Itulah karakter,” ungkap beliau yang tahun depan akan pensiun itu. (AAB)


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami