Senin, 28 September 2020

 

PART 5

 

“Oke anak-anak setelah selesai sarapan, kita akan pergi ke danau yang tidak jauh dari sini. Kita akan memancing ikan.  Bapak harap kalian segera bersiap” ucap Pak Bima.

“Duh pak, ngapain mancing-mancing sih pak, panas pak, udah gitu takut ada buaya” ucap Zirah, hal itu sontak ikut membuat mereka ketakutan.

“Heh, ga ada buaya-buaya, yang ada tuh buaya darat noh kaya si Azka” ucap Della dengan bersungut-sungut. Azka yang mendengar namanya disebut pun hanya bisa memicingkan mata. Lain halnya dengan yang lain seolah melupakan ketakutannya, mereka asik tertawa sampai terpingkal-pingkal.

Akhirnya, mereka semua pun selesai sarapan dan langsung menuju danau, yang tentunya didampingi oleh Pak Bima. Selama perjalanan gelak tawa tak henti-hentinya terucap dari bibir mereka.

Setelah sampai di danau, mereka semua langsung menyiapkan alat pancing dan umpan. Sudah hampir 1 jam mereka memancing, namun belum juga membuahkan hasil. Daneen yang merasa bosan pun lantas memutuskan berkeliling sebentar.

Belum seberapa jauh Daneen melangkah, seseorang menepuk bahunya.

“Hai Anne” sapa Daneen.

“Daneen, kamu harus segera menemukan buku itu dan harus mengikuti petunjuknya. Jika terlambat, maka kamu akan celaka, kamu mempunyai waktu 2 hari dari sekarang” ucap Anne.

“Tunggu Anne, bisa kau jel….” ucapan Daneen terputus tatkala Anne menghilang dari pandangannya.

“Daneen!” ucap Rifa. Daneen pun sontak terlonjak kaget.

“Duh, apaan sih Rif, bisa nyantai dikit ga sih kalo ngomong” sengit Daneen.

“Heh! Lu dicariin yang lain noh, udah pada mau balik ke tenda” ujar Rifa.

“Ck, iya-iya bawel” Daneen pun melangkah pergi begitu saja tanpa menghiraukan Rifa yang terus mengucapkan sumpah serapahnya.

Melihat Daneen yang sudah kembali, Pak Bima pun memimpin muridnya untuk balik menuju tenda. Kali ini perjalanan mereka sangat membosankan, karena sesungguhnya mood mereka sangat turun drastis karena 2 jam memancing  hanya berhasil membawa 2 ekor ikan.

Setelah sampai di tenda, mereka pun bergegas menyiapkan makan siang. Setelah itu mereka dipersilahkan istirahat.

~

3 jam kemudian

“Ayo anak-anak bangun, sudah cukup istirahat kalian” teriak Pak Bima.

Tak lama kemudian semua murid sudah berkumpul.

“Oke, jadi sekarang kita akan mempersiapkan bahan dan alat untuk pesta barbeque nanti malam, kalian siap?!” ucap Pak Bima

“Siap pak!” Anak murid menjawab dengan serentak.

Kemudian berpencarlah mereka menjadi 2 kubu, yaitu perempuan dan laki-laki. Murid perempuan mempunyai tugas untuk membuat bumbu dan menyiapkan bahan makanan untuk nanti malam, sedangkan murid lelaki mempunyai tugas untuk mengumpulkan kayu kering untuk membuat api unggun dan tentunya untuk perapian barbeque mereka.

Tak terasa hari pun berganti malam, semua persiapan sudah selesai dan kini mereka sedang hilir berganti memanggang makanannya masing-masing.

“Jreng, Oh Tuhan…kucinta dia, kusayang dia…” tiba-tiba Azka bernyayi.

“Dianya engga…” sambung Della.

Dan semuanya pun tertawa melihat kelakuan Della yang senang mengganggu Azka. Sontak, Azka berhenti bernyanyi dan memilih beranjak untuk memanggang makanannya, dan tentunya gitar diambil oleh Bian dan nyanyian pun dilanjutkan oleh Daneen yang memang ingin melupakan sejenak masalahnya.

Begitulah malam terakhir mereka pada camping kali ini, diisi gelak dan tawa, sebelum kemudian Pak Bima menyuruh mereka ke tenda masing-masing dikarenakan malam yang semakin larut.

Dalam tidurnya, Daneen pun bermimpi didatangi oleh almarhum kakeknya.

“Daneen, kamu harus hati-hati dia mengincarmu” ucap almarhum kakeknya.

Setelah itu bayangan itu pun pergi dan menyisakan Daneen yang terbangun akibat mimpi tersebut.

Tak terasa pagi pun menjelang, semua orang sibuk dengan kegiatannya sendiri, ada yang membersihkan diri, sarapan, berkemas, ngobrol dan masih banyak lagi. Begitupun dengan Daneen, dia sibuk menahan kantuk yang mendera, karena akibat mimpi semalam, dirinya enggan untuk tidur lagi, karena jujur dirinya merasa sangat terganggu dan takut dengan kejadian beberapa hari ini.

Sekitar jam 9 Pak Bima pun mengumpulkan semua murid, kemudian mengabsennya dan semua murid menempati bis dan duduk di kursi masing-masing.

Ditengah perjalanan, bis mereka mampir disebuah sentral oleh-oleh, tentunya mereka pun berlari ke berbagai arah mengambil oleh-oleh yang menarik dimata. Perjalanan pulang ini sangat mengasyikan karena diisi dengan canda tawa akibat gombalan Azka kepada Della. Tak terasa, mereka semua sudah sampai di sekolah, mereka pun segera mencari orang yang menjemput mereka masing-masing.

Tentunya, Daneen, Della, Zirah, dan Bian menyempatkan untuk berfoto ria sebelum pulang. Setelah puas berfoto mereka pun berpencar mencari orang yang menjemput mereka. Akhirnya setelah lama mencari, Daneen pun menemukan mobil ibunya, tanpa membuang waktu dia pun segera pergi menuju ibunya.

“Ibu, udah lama nunggu?” tanya Daneen.

“Duh, kamu nih ya bisanya buat ibu kaget aja, belum ibu baru aja sampai, yaudah kita langsung pulang yuk” Daneen pun menuruti perkataan sang ibu.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah. Daneen yang memang dasarnya pendiam pun semakin menjadi pendiam, dan hal itu tentu dirasakan oleh ibunya. Tetapi ketika ditanya, Daneen hanya menjawab dengan senyuman, dan langsung pergi entah kemana.

 Dan disinilah Daneen sekarang berada, persis seperti yang dikatakan Anne, Perpustakaan kota, lorong paling sepi. Daneen pun mencari buku yang dimaksud Anne. Cukup lama ia mencari, karena begitu ia memasuki lorong ini, hawa berbeda langsung menghampiri. Dan tepat ketika matanya mulai mencari buku tersebut, sosok bayangan hitam itupun menampakan dirinya lagi, kali ini bahkan bayangan itu tak lagi sembunyi-sembunyi tuk menampakan dirinya. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi Daneen saat ini, keringat dingin sudah bercucuran dari seluruh tubuhnya.

Daneen tetap berusaha fokus, dan akhirnya, ia pun menemukan buku dengan judul ‘Something In The Earth’. Ketika ia akan membuka buku tersebut, tiba-tiba…

 



~Bersambung


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami