Oleh: @Afsokhinya__
Sekarang ini banyak pelajar yang menerima tunjangan pendidikan di samping sekolah yang sudah gratis. Jadi mereka mendapat uang tambahan untuk transport, untuk membeli seragam sekolah, macam tas, sepatu, dan seputar itu. Yang menerima tidak lain adalah mereka yang ‘mengaku’ tidak mampu.
Saya punya beberapa teman yang memiliki kartu sakti
tersebut yang tentunya dengan itu, mereka akan mendapatkan uang tunjangan tadi.
Anehnya, mereka yang mendapat kartu sakti, bisa dibilang masih mampu,
anehnya-lagi-mereka yang mendapat kartu sakti tersebut, tidak menjadikannya
lebih giat lagi belajar, malah tampak malas, tidak ada perubahan ke arah
positif. Mungkin itu hanya teman saya, temanmu tidak demikian ya.
Melihat hal tersebut, saya menjadi berpikir: untuk apa
semua ini? Sekolah gratis, biaya keperluan sekolah juga gratis, ini hanya ada
di Jakarta, lalu bagaimana di tempat yang tertinggal sana?
Sempat saya juga berpikir, kenapa-tidak uang yang
digunakan untuk transport, membeli seragam sekolah tadi dialokasikan ke
daerah-daerah yang memang tertinggal.
Jika dipikir-pikir dengan logika, di Jakarta sekolah
negeri sudah gratis, gaji guru pun bisa dibilang besar, sejahtera, namun ada di
suatu tempat yang masih satu Negara, untuk biaya sekolah pun memakan biaya
banyak, malah tidak sedikit yang tidak
bisa melanjutkan sekolah karena masalah biaya.
Di Jakarta saya lihat, ada fasilitas-fasilitas sekolah
yang tampak rapuh tanpa sempat digunakan, sekolah itu adalah sekolah negeri.
Coba deh, sekolah udah gratis, guru PNS, dapet fasilitas dari Negara
berlimpah-limpah sampai membludak tidak digunakan. Bandingkan dengan sekolah
yang di daerah-daerah, untuk sekolah pun harus berjalan kaki, melewati sungai,
belantara hutan, mempertaruhkan nyawa.
Ada kesenjangan di sini, dan benar-benar membuat saya
resah.
Indonesia tidak hanya Jakarta! Indonesia dari Sabang
sampai Marauke, bermacam bahasa dan
orangnya. Kenapa hanya di Jakarta yang demikian dimanjakannya pelajar zaman
sekarang, yang menurut saya dengan itu malahan semakin melunjak.
Tak habis pikir memang, tapi jika memang kebijakan ini
berdalih untuk mensejahterakan negeri, mau apa? Saya hanya pelajar pelanggan
remedial.***
Suka ketak-ketik, suka nulis, dan sering mencet ctrl-z.