Kamis, 08 April 2021

     Pada suatu hari ada seorang gadis yang bernama Audrey Madelyn. Ia seorang mahasiswi kampus ternama di kawasan kota terkenal. Ia adalah mahasiswi jurusan ilmu komunikasi semester 3. Audrey terkenal dengan anak yang sangat keras kepala dan tidak percaya dengan hal-hal ghaib atau mistis. Suatu hari dia sedang menjalankan skripsi dan mencari bahan. Ia berniat membuat skripsi tentang hal-hal ghaib atau mistis. Pada saat itu, Audrey berniat mencari bahan untuk skripsinya di suatu desa terpencil di daerah yang terkenal banyak mempercayai hal-hal ghaib. Maka Audrey memutuskan untuk melihat dan mendatangi desa tersebut.

     Pagi ini Audrey tiba di desa tersebut. Audrey disambut dengan suka cita oleh warga desa, bahkan ia juga diberi tempat tinggal oleh salah satu warga. Warga juga mempersilakan Audrey untuk mengistirahatkan tubuhnya. Setelah merasa energinya telah penuh kembali, Audrey berniat mengelilingi desa tersebut. Di sepanjang jalan, Audrey tersenyum ramah kepada warga desa yang menyapanya. Ketika ia sedang melihat kegiatan yang warga desa lakukan, ia terkejut ketika seseorang menepuk punggungnya. Namun, hanya seulas senyum yang tampilkan olehnya saat ia tau bahwa yang menepuk punggungnya adalah Bu Ira, warga yang memberikan tempat tinggal untuknya.

     Dirasa cukup dengan berkeliling desa sejenak, keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah. Setibanya di rumah mereka masih berbincang-bincang sampai...

“Nak Audrey.. apa benar kedatangan kamu untuk mencari bahan skripsi?”
“Iya Bu. Tapi bukan sekedar mencari bahan untuk skripsi. Tapi juga untuk liburan.”
“Ah begitu rupanya.”
“Bu, ada beberapa yang ingin saya tanyakan, apakah Ibu keberatan untuk menjawab?”
“Silahkan.. kamu ingin menanyakan hal-hal yang dilarang di desa ini bukan?”
“Benar Bu, tapi.. bagaimana Ibu bisa tau?”
“Hampir setiap orang yang datang ke sini selalu menanyakan pertanyaan itu, maka tak heran jika kami semua bisa menebak apa yang ingin kalian tanyakan,”
“Kalau begitu apa saja Bu hal-hal yang dilarang di desa ini?”
“Dengarkan dengan baik ya..”
“Iya Bu, akan saya dengarkan dengan baik.”
“Yang pertama, perempuan dilarang pergi sendirian karena takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Yang kedua, perempuan yang sedang haid, dilarang masuk ke beberapa tempat wisata karena tempat wisata merupakan tempat suci. Yang ketiga, berbagilah makanan saat di hutan karena jika tidak berbagi makanan, makhluk yang kasat mata akan mengganggu kita. Dan yang terakhir, jangan menegur atau menjawab jika mendengar suara aneh karena bisa saja suara itu berasal dari makhluk yang kasat mata. ”
“Sejauh ini apa sudah ada yang melanggar Bu?”
“Sampai saat ini warga desa ini tidak ada yang melanggar hal tersebut.”
“Baiklah kalau begitu terimakasih banyak Bu atas pengetahuannya.”
“Sama-sama Nak Audrey tapi jangan hanya dijadikan sebatas pengetahuan saja yaa.”
“Iya Bu saya akan berusaha.”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dahulu, Nak Audrey silakan istirahat yaa..”

     Setelah berbincang-bincang dengan Beliau, Audrey segera membersihkan diri dan meuju kasurnya. Di atas kasur ia kembali memikirkan ucapan yang Beliau katakan. Namun, Audrey tetaplah Audrey yang keras kepala dan tidak mudah percaya dengan hal-hal seperti itu. 

     Pagi ini Audrey punya rencana untuk mengunjungi beberapa tempat wisata, maka dari itu sebelum pergi ia membersihkan rumah Bu Ira terlebih dahulu. Ketika sedang membersihkan rumah Beliau, ia merasakan sakit yang teramat di perutnya. Dengan segera Audrey mengambil ponselnya dan mengecek kalender, ternyata ia hari ini kedatangan tamu. Untungnya ia sudah menyiapkan stok juga minuman pereda rasa sakit. Setelah membersihkan rumah Beliau dan dirinya telah siap pergi berwisata, ia tak lupa berpamitan dengan Bu Ira. Beliau juga sempat menawarkan diri untuk menemaninya, namun ia tolak dengan sopan karena ia tidak ingin merepotkan Beliau.

     Sepulangnya Audrey dari tempat wisata ia merasa senang dan lega karena ia sudah melanggar dua larangan yang diberi tau Bu Ira tapi tidak terjadi apa-apa. Maka dari itu ia memutuskan untuk pergi lagi ke tempat wisata esok harinya.

    Sama seperti kemarin, pagi ini setelah membersihkan rumah Bu Ira dan dirinya, seperti biasa ia berpamitan kepada Bu Ira. Beliau sangat ingin menemaninya namun Beliau memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan maka dari itu ia tak perlu repot untuk menolak Beliau lagi.

     Hari ini Audrey pergi berwisata ke alam bebas, untuk mengantisipasi tidak adanya pedagang kaki lima, ia sarapan terlebih dahulu di perjalanan dan tak lupa membeli snack untuk cemilan.

     Ketika sampai di tempat wisata ia langsung masuk ke hutan. Sebenarnya ia sedikit takut tapi ia kembali merasa lega karena banyak pengunjung yang datang dengan teman ataupun keluarganya. Walaupun ia datang sendiri, setidaknya ia tidak datang sendirian ke hutan ini. Dirasa kakinya lelah, ia mengistirahatkan diri di sebuah pohon besar yang rindang. Selagi menghilangkan rasa lelah di kakinya ia memakan snack yang sempat dibelinya sebelum tiba di sini. Audrey senang karena ia bisa duduk ditempat yang teduh, merasakan hembusan angin yang menyejukkan, dan menikmati pemandangan yang asri ini.

     Karena hari mulai sore, ia bergegas pulang ke rumah Bu Ira. Setibanya di rumah, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu beristirahat di dalam kamarnya.

     Hari ini keluarga Bu Ira sedang pergi ke suatu acara, maka dari itu hanya ada Audrey di rumah Beliau. Audrey bingung ingin melakukan apa di rumah ini sendirian. Tiba-tiba Ia ingat dirinya belum membersihkan rumah. Maka dengan cepat ia membersihkan rumah. Setelah itu ia melanjutkan kegiatannya dengan packing. Ia lupa bahwa dirinya belum packing untuk kepulangannya besok.

     Setelah membersihkan rumah dan packing, ia mengistirahatkan diri di sofa sambil menonton tv. Namun, entah kenapa hatinya tiba-tiba sangat gelisah. Audrey memutar kembali apa saja yang ia lakukan sehingga membuat hatinya gelisah. Dirinya tersentak ketika ia menyambungkan apa saja yang ia lakukan betentangan semua dengan ucapan Bu Ira. Tetapi Audrey tetaplah si keras kepala yang tidak akan percaya dengan hal-hal ghaib. Dari pada memikirkan itu, Audrey memilih untuk tidur siang.

     Sekarang pukul 19.00 tapi kondisi rumah masih sepi, maka ia simpulkan bahwa Bu Ira dan keluarga belum pulang. Kini Audrey kembali ke sofa sambil menonton tv ditemani jus alpukat dan cemilan. Saat dirinya sedang asyik menonton acara tv, tiba-tiba tv padam. Audrey berdecak dan menghampiri tv, siapa tau ada masalah dengan kabel tv. Namun, sebelum ia sampai di depan tv, ia dikejutkan kembali dengan lampu yang padam di seluruh rumah Bu Ira. Audrey bergerak perlahan menuju kamarnya untuk mengambil ponselnya dan menyalakan flashlight sebagai sumber penerangannya. Tapi sangat disayangkan, ponselnya kehabisan baterai.

     Tiba-tiba Audrey mendengar suara-suara aneh. Ia pikir itu suara dari keluarga Bu Ira yang baru tiba. Dengan bermodalkan ingatannya, ia berjalan menuju pintu utama. Baru 10 langkah ia bergerak dari tempat asalnya ia dikejutkan dengan beberapa anak kecil sedang berlari-larian di rumah dengan wajah yang pucat lalu menghilang dengan sekejap. Audrey menelan salivanya. Mencoba melanjutkan langkahnya menuju pintu utama, ia menoleh ke kiri, tempat yang tiba-tiba dimunculi cahaya yang silau. Seakan debu, cahaya itu perlahan hilang, menampakkan sosok perempuan dengan rambut sebahu yang dilumuri darah, memakai gaun hitam yang lusuh dan matanya yang hitam. Audrey mengerjap kaget saat perempuan tadi sudah tepat di depannya. Mata yang tadinya hitam tiba-tiba mengeluarkan darah. Audrey menahan ketakutannya susah payah. Perempuan itu menyeringai. Semakin lebar seringaian itu hingga bibir perempuan perempuan itu sobek dan dipenuhi darah. Reflek Audrey memundurkan tubuhnya selangkah. Perempuan itu juga melangkah mundur lalu menghilang bagai debu.

     Kini hanya gelap gulita di dalam rumah itu. Audrey tidak bisa melihat apapun. Tiba-tiba lampu berkedip-kedip. Dalam hitungan detik di depannya terdapat pria dengan pakaian putih yang lusuh, tangan yang hanya tinggal tulangnya dan juga bagian kepala yang meleleh. Audrey memeluk dirinya dan menutup matanya cukup lama sampai ada seseorang yang menyentuhnya, reflek Audrey berteriak dengan sangat kencang. Namun, sosok itu mencoba membuka suaranya. Setelah mendengar suara yang familiar Audrey membuka matanya dan dengan cepat memeluk tubuh Bu Ira. Mendapati Audrey yang sangat shock, Bu Ira menyuruh Audrey untuk beristirahat di kamar.

     Esok harinya Audrey tak menceritakan itu kepada Bu Ira dan keluarga, ia tak mau menambah beban pikiran Beliau. Sekarang di sini lah ia berada. Di sebuah pasar yang letaknya agak dekat dengan sebuah tempat pemakaman umum. Ia sedang membantu Beliau membeli bahan-bahan untuk makan siang dan makan malam. Audrey tak lupa dengan jadwal kepulangannya hari ini. Karena dirinya yang akan pulang hari ini, ia ingin membantu Beliau lebih dari membersihkan rumah. Maka dari itu Audrey sedang berada di pasar.

      Ketika Bu Ira dan Audrey sedang menuju perjalanan pulang ke rumah, Audrey merasakan punggungnya yang begitu berat, tubuhnya lemas dan seluruh wajahnya pucat. Ketika Bu Ira berbicara tanpa mendapat respon dari Audrey, Bu Ira menoleh kebelakang. Betapa shocknya Bu Ira melihat keadaan Audrey. Selang beberapa detik kemudian Audrey memuntahkan begitu banyak darah, hidungnya juga meneteskan banyak darah. Karena tubuhnya yang semakin lama semakin lemas, Audrey kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh pingsan.
“Loh, Nak Audrey!”
“Bangun Nak! Nak Audrey bangun!”

     Bu Ira bersimpuh di dekat Audrey, menepuk pipinya berkali-kali berharap Audrey bangun. Tapi nihil, Audrey tidak kunjung bangun. Akhirnya Bu Ira meminta bantuan kepada orang di sekitar untuk membawa Audrey ke rumah.

     Mata Audrey perlahan terbuka, ia menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Anak itu berkedip beberapa kali sebelum akhirnya memijit pelipisnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.
“Mau ke dokter?”
“Engga usah Bu.”
“Kamu lagi gak enak badan? Kalo kamu gak enak badan gak usah ikut Ibu. Ibu gak apa kok ke pasar sendiri,”
“Engga Bu, aku gak apa-apa kok. Aku gak enak sama Ibu makanya aku ikut Ibu ke pasar,”
“Gak apa-apa gimana orang kam---“

     Audrey kembali memuntahkan banyak darah dari mulutnya, hidungnya juga meneteskan banyak darah, tubuhnya sangat dingin, seluruh wajahnya pucat, dan di tangan kanan dan betis kiri Audrey terlihat sebuah lebam-lebam, dan akhirnya Audrey pingsan lagi.

“Nak Audrey!”
“Nak bangun! Dengar Ibu!”

     Bu Ira kembali memanggil dokter yang tadi menangani Audrey, untungnya dokter tersebut masih berbincang-bincang dengan suaminya. Dengan segera dokter tersebut kembali ke kamar Audrey untuk memastikan keadaannya.

     Setelah memastikan keadaannya, Bu Ira dan suaminya dipanggil oleh dokter yang menangani Audrey. Betapa terkejutnya ketiga orang itu saat tau bahwa Audrey tidak sakit apapun. Mereka bertiga bingung mengapa Audrey bisa seperti itu? Selang beberapa detik Bu Ira paham apa yang sedang Audrey alami.

     Kini keadaan Audrey jauh lebih baik dari sebelumnya. Sekarang Audrey sedang berbicara dengan Bu Ira dan suaminya di dalam kamar yang Audrey.
“Nak tolong jawab Ibu dengan jujur,”
“Ada apa Bu?”
“Kamu melanggar semuanya bukan?”
“Melanggar apa ya Bu?”
“Kamu pasti melanggar semua hal yang dilarang di desa ini bukan?”
“B-bagaimana Ibu bisa tau?”
“Nak bukankah sudah Ibu sudah bilang?”
“Maaf Bu saya tidak percaya dengan larangan itu.”
“Kamu harus membayar dengan mahal Nak akibat kecerobohan mu,”
“Apakah ada jalan keluarnya?”
“Tidak ada.”
“TIDAK MUNGKIN! PASTI ADA JALAN KELUARNYA PAK, BU!”
“Tenanglah Nak,”
“Jam berapa sekarang?! Aku harus pergi! Aku harus pulang hari ini!”
“Kamu tidak bisa lari Nak,”
“TIDAK! AKU TIDAK LARI! AKU HANYA INGIN PULANG! AKU TIDAK PERCAYA DENGAN HAL SEPERTI INI!”
“Baiklah jika kamu tak percaya, silakan pulang kembali ke rumah mu Nak”
“MINGGIR KALIAAAAN!!!!”

     Audrey beranjak dari tempat tidurnya. Ia mengambil tas yang berisi barang-barangnya dan pergi dari rumah itu menuju sebuah terminal dengan tergesa-gesa. Kini Audrey berada di persimpangan hendak menyebrang untuk menaiki angkutan umum, namun dirinya terserempet sebuah motor. Audrey kembali bangun untuk menyebrang, namun saat di tengah jalan tubuhnya dihantam lumayan keras oleh sebuah truk. Audrey mencoba bangun kembali dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya. Akhirnya ia berhasil menaiki angkutan yang mengantarkan penumpangnya ke terminal bus. Namun di tengah perjalanan angkutan tersebut menabrak sebuah pohon yang disebabkan rem blong. Audrey segera keluar dari angkutan tersebut dan berjalan menuju terminal. Ia tak peduli dengan kondisinya sekarang. Yang terpenting ia harus bisa kembali ke rumahnya.
 
     Sekarang Audrey telah sampai di sebuah terminal. Dirinya tersenyum sangat lebar saat ia berhasil sampai di terminal tersebut. Kini tinggal selangkah lagi ia bisa pergi dari desa ini.

     Ya, Audrey kini tersenyum lebar. Usahanya tidak sia-sia, kini ia sudah berada di dalam bus menuju kota.

"Hanya menunggu beberapa jam lagi untuk aku bisa bebas." Gumam Audrey sambil tak kuasa menahan rasa senang.

         Audrey memilih untuk tidur di dalam bus itu sambil mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat sakit.

"Neng... Bangun, kita sudah sampai." Ucap seorang laki-laki paruh baya.

Audrey yang mendengar hal itu langsung membuka matanya dan bergegas untuk turun dari bus tersebut. Namun alangkah terkejutnya Audrey ketika ia menyadari bahwa kini ia masih berada di terminal desa tadi.
"Ga... Ga mungkin! Ini pasti mimpi!" 
Audrey langsung menghampiri sang supir bus tadi.
"Pak, kok kita masih di sini? Bukannya kita harus ke kota pak?"
"Loh? Bukan neng, si eneng tadi naik bus tujuan desa ini."
Kini Audrey dibuat sangat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi. Audrey segera memesan tiket kembali menuju kota. Walaupun langit sudah semakin gelap, itu tidak mengurangi tekat Audrey untuk meninggalkan desa ini sesegera mungkin.

Kini tiket sudah ia dapatkan dan bus pun sudah didepan mata. Di dalam bus Audrey pun kembali tertidur karena tiba-tiba rasa sakit pada tubuhnya muncul kembali. Di tengah tidur pulasnya Audrey kembali dibangunkan oleh seorang laki-laki paruh baya yang sama dengan laki-laki di bus sebelumnya. Kini Audrey tidak ingin terburu-buru, ia berdo'a terlebih dahulu memohon supaya kini ia benar-benar berada di kota.

Saat sampai di pintu bus, tubuh Audrey bergetar hebat. Lagi-lagi yang ada di depan matanya bukanlah terminal kota, melainkan terminal bus yang sama dengan tadi dan ketika Audrey melihat jam di ponselnya tubuhnya dibuat bergetar lebih hebat lagi, karena jam menunjukan pukul 18.00 tepat dengan waktu pada saat ia turun bus pertama kali.

Audrey tidak menyerah, kali ini ia membeli tiket menuju desa terdekat dari desa ini. Walaupun tidak bisa langsung ke kota setidaknya ia bisa keluar dari tempat mengerikan ini bukan? Saat tiket sudah ia dapatkan, kejanggalan kembali terjadi. Audrey ingat betul orang-orang yang berada di dalam bus adalah orang yang sama dengan bus-bus sebelumnya. Audrey duduk dengan rasa khawatir, kali ini Audrey tidak henti-henti berdo’a di sepanjang perjalanan. Tiba-tiba ia merasakan rasa kantuk yang datang ketika angin berhembus tepat di depan wajahnya. Ia kembali tertidur, tetapi di dalam mimpinya kini ada kedua orang tuanya,

"Nak, Pulang lah, Ibu menunggu mu." 
"Nak, kami selalu mendo’akan mu."

Tanpa sadar air mata Audrey menetes begitu saja dalam tidurnya. Tak lama dari itu, Audrey terbangun karena lagi-lagi dibangunkan oleh orang yang sama. Kini Audrey sudah sangat lelah, semuanya terasa terulang-ulang begitu saja, dan kali ini ia memutuskan untuk kembali ke rumah Bu Ira untuk bermalam. Sesampainya di depan rumah Bu Ira, Audrey kembali dikejutkan saat ia melihat kedua orang tuanya tengah berbicara dengan Bu Ira sambil menangis.

"Anak saya bagaimana bu?" tanya Ibu Audrey sambil tak kuasa menahan tangis.

"Maaf bu, sepertinya anak ibu melanggar semua larangan yang ada di desa ini dan anak ibu tidak ingin bertanggung jawab atas itu semua. Jadi sepertinya penunggu desa ini tidak membiarkan anak ibu pergi sebelum semuanya selesai."

"Jadi kita tidak bisa membawa pulang putri kami?" Kini ayah Audrey angkat bicara.

"Bapak dan Ibu hanya bisa membawa raga nak Audrey, tapi jiwanya akan terus berada di tempat ini."

Mendengar percakapan itu Audrey tak kuasa menahan tangis dan menyesali semua yang telah ia lakukan di tempat ini. Tiba-tiba tubuh Audrey seperti ditarik dan saat Audrey menoleh kini ia sudah berada di terminal kembali. Tanpa sadar Audrey kembali membeli tiket menuju kota dan semua itu terus berulang dengan sendirinya. Di dalam bus Audrey tidak henti untuk mengucapkan kata maaf dan berdoa agar ia dapat kembali.

"Aku memang tidak percaya, tapi tidak seharusnya aku melanggar. Menghargai apa yang ada di sini bukanlah hal yang buruk bukan? Dan melanggar peraturan mereka bukan hal yang baik juga bukan?"

~Selesai~


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami