Kamis, 02 September 2021

     Malam berganti pagi. Sang mentari sudah siap menyinari bumi. Ditambah dengan genangan air yang diselimuti oleh awan gelap menambah suasana mencekam rumah sakit itu. Anak laki-laki yang masuk ke rumah sakit menggunakan sandal jepit itu memecah keheningan di rumah sakit.

"IBUUUU!!!!" Suara teriakan keras yang menggema ke seluruh penjuru rumah sakit diiringi brankar yang menambah suasana semakin mencekam saat itu.

     Anak yang kerap disapa Melliflous Rudi Renjana itu berlari mengikuti brankar yang sedang didorong oleh beberapa pegawai rumah sakit.

"IBU SAYA KENAPA DOK!!! TOLONG SELAMATKAN IBU SAYA!!" Teriak histeris anak berumur 13 tahun itu.

Melihat Rudi yang berteriak histeris, lantas sang ayah memeluk Rudi dengan erat.

"Nak, tenang ya. Ibumu baik-baik saja." Sang ayah berusaha menenangkan Rudi diiringi isak tangis sekaligus menguatkan batin putranya.

"IBU KENAPA PAK? IBU BAKAL SELAMAT KAN? IBU AKAN PULANG KE RUMAH KAN PAK?
JAWAB PAK!" Isak Rudi histeris 

     Sang ayah yang tidak tahu ibu nya akan selamat atau tidak hanya bisa memasrahkan semua kepada Tuhan.

Beberapa jam berlalu. Dokter keluar dari ruang dimana ibunya berada dengan wajah murung.

"Ibu saya gapapa kan dok? IBU SAYA GAPAPA KAN DOK?!" Teriak Rudi yang langsung menghampiri dokter dengan bertanya sambil berharap bahwa pikirannya itu benar.

Dokter yang tidak tega melihat anak itu pun hanya tersenyum tipis.

"Kamu anak kuat Nak, kamu pasti kuat." Ucap dokter dengan perasaan berat hati. 

"GA MUNGKIN DOK! IBU SAYA KUAT DOK PASTI MASIH BISA DI SELAMATIN DOK! TOLONG DOK!" Paksa Rudi agar semua yang diucapkan Sang Dokter adalah salah.

     Sang ayah yang tidak kuat melihat anaknya putus asa hanya bisa memeluk dan menahannya. Belum selesai menangis. Lalu sang ayah langsung dibawa oleh dokter ke suatu ruangan di dalam rumah sakit tersebut.

"Maaf Pak, karena kelalaian saya membuat istri Bapak meninggal. Saya mohon, maafkan saya pak. Saya akan membayar kerugian keluarga bapak." Sepenggal kata yang di dengar Rudi dari hasil menguping. 

"Apa semua orang dewasa seperti ini? Apa mereka pikir uang bisa menyelesaikan segalanya? Mereka berpikir seolah kematian Ibuku bukan apa-apa? Dasar!!" Geram Rudi tak terima dalam hati.

     Namun, tidak ada yang tahu kematian ibu Rudi akan menjadi serangan balik untuk dokter itu. Bertahun-tahun dia tumbuh dewasa. Sampai pada akhirnya, sang ayah menua dan lebih memilih hidup bersama keluarga di kampung halaman. Rudi ingin sekali bertemu dengan keluarganya, dia sangat rindu. Tapi.. ada satu hal lain yang harus ia tahan dengan suatu niatan untuk dilakukan di kota Jakarta ini. Balas dendam. 

     Pemuda yang awalnya baik hati dan sangat penuh kasih sayang, kini berubah jadi pria yang dingin, diam, dan sangat pemurung. Bahkan hampir semua teman-temannya tak mengenali sikap itu. Sikapnya berubah semenjak kematian sang ibu. 

     Banyak teman sekolahnya menjauhi Rudi karena sikapnya yang sangat bertolak belakang ketika diajak bicara dan membuat orang merasa risih. Terkadang Rudi suka tersenyum kecil saat usai melamun. Namun, tak ada yang bisa menebak apa hal yang sedang dipikirkan Rudi. Senyuman itu sangat mengerikan. 

“Jadi.. dokter gila itu masih bisa mempertahankan profesinya? Haha rumah sakit tidak waras” Kata Rudi dalam hati sambil menatap kosong keluar jendela dari kursi kelasnya. 

     Dengan tersenyum tipis, dia seakan mempunyai banyak rencana licik dalam otaknya. "Liat saja.. hhh" Rudi berdecak remeh sambil menghadap kembali ke papan tulis. 

     Waktu terus berjalan, kewajiban Rudi sebagai pelajar tak pernah dilewatkan. Dia menjadi salah satu siswa teladan, tapi sikap buruknya tetap saja membuat semua orang takut mendekatinya. 

     Sudah tiga tahun lamanya Rudi menempuh pendidikan di sekolah menengah akhir. Kini waktunya Rudi untuk bergerak mencari tahu siapa sosok dokter yang menangani Ibunya.

     Rudi segera mengambil benda pipih di atas nakas, mengirim beberapa foto dokter tersebut kepada seseorang dan segera menelfon orang tersebut.

"Kau bisa cari tahu soal orang ini?" Tanya Rudi dengan serius.

"Hal ini sangat mudah bagiku." Sahut penerima telfon disebrang sana dengan bangganya.

"Bagus, lebih cepat maka lebih besar hadiahnya." 

Setelah berkata seperti itu sambungan telefon langsung diputus sepihak oleh Rudi.

"Aku akan membuat kalian semua membayar atas perbuatan kalian!" Ucap Rudi dengan penuh tekad.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami