Kamis, 30 September 2021

Di sisi lain Nanda dan keluarganya tidak melihat adanya kehadiran Nando di rumah mereka. Semuanya khawatir kemana perginya Nando di malam hari tanpa memberikan info kepada mereka. Mereka mulai khawatir karena Nando masih belum kembali padahal jam sudah menunjukkan tengah malam. Akhirnya sang ayah menelepon polisi untuk mencari keberadaan anaknya, Nando.

“Ya , dengan siapa saya berbicara ?”. Tanya pak polisi kepada penelpon.

“Saya Albert, saya ingin melaporkan anak saya yang hilang dari jam 21.00 sampai sekarang pak”. Jawabnya dan langsung memberikan informasi tentang hilangnya sang anak.

“Maaf pak, kita baru bisa mencari anak bapak setelah 24 jam menghilang”. Balas pak polisi dengan tegas.

“TAPI PAK ANAK SAYA TIDAK BIASANYA SEPERTI INI, DIA TIDAK PERNAH HILANG TANPA KABAR PAK!  Saya mohon pak, apa benar tidak bisa diusahakan pak?” Albert mulai pasrah dan memohon kepada pak polisi agar dapat menacari anaknya, Nando.

“Maaf pak, laporan ini sudah sering terjadi, orang melaporkan anaknya hilang dan keesokan paginya ternyata si anak menginap di rumah temannya tanpa mengabarkan orang tuanya” 

“Mungkin saja anak bapak hanya pergi menginap atau bersenang senang dengan temannya, jika sudah tidak ada keperluan saya mohon undur diri-“. Pak polisi yang ingin menutup telepon tiba-tiba di sela dengan suara yang keras oleh penelepon di sebrang yang tak lain adalah Albert.

“TUNGGU SEBENTAR PAK, SAYA SANGAT MEMOHON AGAR BAPAK DAPAT MENCARI ANAK SAYA PAK, SAYA AKAN MEMBAYAR BAPAK JIKA PERLU, SAYA MOHON PAK CARI ANAK SAYA !”. Saking frustasinya sampai berteriak kepada pak polisi memohon untuk dicarikan anaknya.

“Hah...Baiklah kita akan berusaha mencari anak bapak”. Hela nafas pak polisi yang mulai lelah menghadapi sifat keras kepala si penelepon dan mengiyakan permintaannya.

“TERIMA KASIH BANYAK PAK”. Albert pun berangsur tenang karena permintaannya di tanggapi oleh pak polisi dan berharap bahwa anaknya Nando dapat ditemukan dengan keadaan selamat.

Kemudian polisi dan Albert mulai bertukar informasi untuk memudahkan penyelidikan Nando yang hilang, setelah berbincang cukup lama akhirnya polisi mulai bergerak dengan informasi yang diberikan oleh Albert dan akhirnya percakapan di telepon pun selesai.

“Gimana pa? pak polisi bakal cariin anak kita kan pa…”. Tanya sang ibu kepada suaminya yang baru selesai berbincang dengan pak polisi.

“Pak polisi bersedia membantu kita untuk mencari Nando ma, syukurlah akhirnya kita bisa tenang sedikit. Semoga Nando baik baik saja”. Jawab Albert kepada istrinya yang khawatir juga.

“Emm….ada apa ini kok papa teriak teriak daritadi”. Tanya Nanda sambil mengusap matanya karena terbangun dengan kebisingan yang terjadi.

“Kakakmu, Nando masih belum pulang daritadi padahal sudah tengah malam, tapi jangan khawatir, papa sudah telepon pak polisi untuk mencari Nando.” Jelas sang ayah kepada Nanda anak peremupuannya.

“EH? kakak belum pulang? Terus gimana dong pa, nanti terjadi sesuatu sama kakak, kita juga harus ikut cari pa!” Balas Nanda yang langsung panik dan juga mengajak ayahnya untuk ikut mencari kakaknya.

“Cukup Nan, papa kan sudah bilang pak polisi lagi menyelidiki kak Nando, biarkan yang professional bekerja ya”. Jelas Albert sekali lagi kepada putrinya.
“Tapi pa-“

“Sudah sudah, ayo nan, sini mama temanin kamu tidur, kita tunggu laporan dari pak polisi besok pagi, semoga saja kak Nando sudah ketemu”. Sela ibu nya dan mengajak Nanda untuk kembali tidur karena waktu yang menunjukkan tengah malam.

“Ya ma….” Akhirnya dengan keadaan terpaksa Nanda pun menuruti perkataan ibunya dan kembali ke kamar bersama.

 Tanpa mengetahui bahwa disaat itu juga Nando mereka yang tersayang,  sudah bertemu dengan yang di atas karena perbuatan seseorang yang kejam dan tidak punya hati.

****

Pagi hari pun tiba, jam menunjukkan pukul 06.00. Albert langsung menghubungi pak polisi untuk mengetahui apakah Nando sudah ketemu atau tidak.

“Ya, dengan siapa saya berbicara”. Jawab pak polisi.

“Albert pak, yang kemarin malam melaporkan anak hilang pak, Nando, apakah sudah ketemu pak?” Tanya Albert kepada polisi denga perasaan khawatir atas laporan yang akan disampaikan oleh polisi.

“Tentang hal itu pak…. Sebaiknya bapak langsung saja datang ke rumah sakit Punarwama, kami akan memberitahukan info lebih lengkapnya”. Balas pak polisi karena tidak yakin untuk menyampaikannya lewat telepon.

“O-Oh baik pak, tapi anak saya Nando sudah ketemu kan pak?” Tanya Albert yang berharap anaknya ketemu karena sampai pagi ini masih belum pulang.

“Sebaiknya bapak segera datang ke rumah sakit, sekian dari saya”. Pak polisi pun langsung memutuskan sambungan sepihak yang membuat Albert kebingungan, tapi hal itu tidak dipirkannya dan dengan bergegas pergi ke rumah sakit bersama keluarganya.

*Di rumah sakit 
“Bagaimana pak, dimana anak saya Nando pak, emang apa yang terjadi sama Nando pak sampai ke rumah sakit?” Albert dengan bertubi tubi memberikan pertanyaan kepada pak polisi tentang Nando.

“…….”. Pak polisi tidak menjawabnya dan hanya mengkode mereka untuk mengikuti nya. Mereka ber 3 pun mengikuti Pak polisi ke suatu ruangan yang diketahui sebagai ruangan jenazah. Mereka ber 3 kebingungan mengapa ke ruangan itu. Sampai pak polisi berbicara.

“Saya menemukan Nando, anak bapak sesuai ciri ciri yang disebutkan, tapi sayangnya……kita sepertinya terlambat menyelamatkan anak bapak…” Jelas pak polis dengan raut sedih sambil memperlihatkan jenazah Nando kepada keluarga tersebut.

“A-Apa mak-maksudnya pak, anak saya Nando GAK MUNGKIN MENINGGAL PAK!” Teriak sang ibu dan menangis dengan kencang karena tidak terima kenyataan itu.

“KA-KAKAK NANDO BANGUN KAK! Ba-baru saja kemarin kita bersenang senagn bersama, ke-kenapa hiks kakak udah ninggalin kita hiks”. Nanda merasa sangat sedih dan tertekan karena kehilangan kakak satu satunya.

“……”. Albert hanya dapat menatap kosong jenazah anaknya Nando, dia tidak menyangka anak sulungnya akan pergi meninggalkan mereka begitu saja. Bertanya Tanya pada dirinya sendiri apa yang telah dia lakukan sehingga mendapatkan hukuman seperti ini.

“NANDO ANAKKU AARGHH- KENAPA NAK, KENAPA!?” Tiba-tiba teriakan frustasi dan kesedihan keluar dari Albert yang membuat semua orang di dalam dan luar ruangan terkaget akan teriakan itu.

“Yang tabah untuk keluarga bapak, kami akan mengusahakan sebaiknya untuk menemukan pembunuh dari anak bapak.” Ujar Pak polisi yang berusaha menenangkan keluarga Albert.

“Tolong pak, temukan pembunuh keparat itu, jika bisa saya yang akan membunuh dia”. Ucap Albert dengan amarah yang menggebu.

“Saya akan usahakan sebisa kami pak, jika boleh tau, saat menemukan anak bapak, dia memegang sebuah jepitan rambut, apakah bapak mengetahui ini miliki siapa?” Tanya pak polisi. Nanda dengan lekas mengambil bukti tersebut dan melihat dengan teliti jepitan rambut tersebut.

“I-ini jepitan rambut saya pak, tapi seingat saya jepitan ini ada sama pacar saya pak, bukan sama kakak saya.” Jelas Nanda kepada pak polisi dengan ragu dan tidak percaya. “ga-gak mungkin Rudi kan yang negbunuh kakak, ya ga mungkin kan, pasti terjatuh sama Rudi terus diambil kakak kan, pasti begitu kan…”. Nanda yang tenggelam dalam pikirannya karena konspirasi yang ada di otaknya memaksa untuk percaya bahwa Rudi pelakunya, tetapi Nanda tidak percaya karena hatinya yang masih mencintai Rudi begitu dalam dan berusaha membuang pikiran itu jauh jauh.

“Nan- Nanda- Nanda-….” Panggil ayah dan ibunya kepada Nanda karena melihatnya tiba-tiba terdiam.
 “A-Ah iya kenapa ma pa?” Tanya Nanda kepada ke 2 orang tuanya.

 “Kamu gapapa nak?” Tanya ibunya karena takut Nanda kecapean. 

“Ah ya gapapa kok ma, hanya sedikit shok…”. Jelas Nanda kepada orang tuanya agar tidak terlalu khawatir.

Setelah berdiskusi lama, akhirnya pak polisi memutuskan untuk menyelidiki pacar Nanda yaitu Rudi. Selepas itu mereka pun pulang ke rumah dengan perasaan sedih karena kehilangan seseorang. Walaupun begitu Albert mulai curiga dengan Rudi dan berusaha mencari tahu tentangnya.

*Di sisi lain 
Pagi hari jam 08.00 Rudi akhirnya terbangun di hotel yang di sewa karena kejadian kemarin malam Rudi tidak sempat kembali ke rumahnya. Rudi pun melakukan aktivitasnya seperti lupa akan apa yang terjadi kemarin , kemudian  Rudi mengecek TV nya untuk melihat apakah berita kemarin malam sudah tersebar atau tidak. Saat mengganti channel tv terus menerus akhirnya terdapat berita atas pembunuhan kemarin malam.

“Hee…, ternyata sudah disiarkan di pagi hari, apa sebegitu hebohnya pembunuhan yang kulakukan sampai masuk TV ?” kekeh Rudi yang menonton berita itu dengan senyuman sinis dan perasaan tenang tanpa khawatir ketahuan.

“Terdapat seorang pria yang meninggal pukul 22.00 malam di bangunan terbengkalai.”

“Diselediki bahwa korban dari pembunuhan merupakan anak dari seorang dokter dan sekarang  polisi sedang menyelidiki pelaku dari pembunuhan tersebut.

“Diketahui untuk saat ini ciri ciri pelaku adalah lelaki SMA dan berambut gondrong.” Setelah pembawa berita berkata seperti itu, sontak Rudi melototkan matanya karena ciri ciri tersebut mirip dengannya. Rudi langsung menelepon asistennya.

 “Hei, bukankah sudah kusuruh untuk membereskannya, mengapa di berita ada ciri ciri pelaku?“ dengan langsung Rudi menanyai pertanyaannya.

 “Hei hei tenang dulu, itu kan hanya ciri ciri kenapa panik begitu , atau jangan jangan kau takut ketahuan yaa-“.

“DIAM! Bukan itu yang kupermasalahkan, apa kau berhasil menyadap cctv di bangunan itu?” Asisten itu langsung terdiam dengan teriakan Rudi.

 “Hah….sebagian cctv berhasil kubajak-“.

“Apa maksudmu? Hanya SEBAGIAN?!”

“Tunggu dengarkan penjelasanku, saat kau pergi dari bangunan itu, aku langsung masuk dan membajak cctv itu, mengahapus adegan pembunuhan, saat sedang membajak cctv nya, tiba-tiba ada segerombolan polisi yang datang entah darimana ke bangunan itu, tentu saja ku langsung lari dari sana, aku belum mau tertangkap tahu. Tapi tenang saja cctv yang terlihat hanya bagian belakang tubuhmu yang keluar dari bangunan kok." Jelas asisten tersebut dengan setengah panik karena takut Rudi melakukan sesuatu kepadanya.

“Cih- gajimu ku potong setengah karena kerja mu yang tidak becus seperti ini” setelah Rudi membalasnya, langsung saja telepon diputuskan sepihak olehnya.

“He-hei, HEI, KENAPA DIPOTONG! HEI-“. Asisten nya pun kesal karena perbuatan sepihak yang selalu dilakukan oleh Rudi, tapi dia hanya menghela nafas dan memakluminya jika tidak bisa saja nanti malah dia tidak dibayar.

“Ck, sekarang polisi bisa saja sedang melacakku, aku harus segera pergi”. Rudi yang berpikir langsung segera pergi dari hotel itu, tapi saat dia melihat ke depan jendela. Begitu banyak mobil polisi yang mengerumuninya sekitar 5 mobil yang ada.

“Cih- langsung ketahuan huh….” Rudi mendecak kesal karena para polisi bergerak begitu cepat, langsung saja dia menelepon kembali,

Rudi dengan cepat mengenakan penyamarannya dan pergi menggunakan tangga darurat, lalu dia melihat lagi para polisi sedang menggeledah lobi hotel dengan cepat dia berlari menuruni tangga. Setelah menuruni tangga dan pergi dari hotel menggunakan mobil yang dia bajak. Kali ini Rudi berhasil untuk tidak ketahuan dari polisi itu. Rudi menelepon seseorang.

“Hei rencananya kita percepat”.

“HA? Bukannya ini terlalu beresiko, para polisi juga sedang menyelidikimu kan?”

“Bagaimana kau tahu hal itu ?”

“heh, aku kan selalu mengawasi mu, sudahlah jadi bagaimana rencananya?” Asisten itu mulai bertanya.

“besok malam pukul 22.00, kita akan membunuh istrinya”. Jelas Rudi singkat.

“Eh bukannya anak gadis dulu? Kenapa jadi istrinya?” Asisten itu bertanya dengan kebingungan.

“Ah- mood ku sedang buruk, jadi aku akan meyisakan anak gadis kesayangannya untuk yang terakhir” balas Rudi sambil tersenyum dengan sadisnya.

“huh- baiklah jadi apa yang kau rencanakan?”
“Aku yang akan membunuhnya langsung di depan mata mereka.”

“oh ok-TUNGGU APA KAU GILA?!?”. Teriak orang yang disebrang sampai rasanya telinga Rudi berdengung.

“Ck berisik.” 

“KAU WARAS GA SIH, KALAU KAYAK GITU BISA KETAHUAN DONG?!”. Teriak asistennya yang masih terkejut dengan rencana bunuh diri ini.

“Ketahuan? Mana mungkin, lagian aku akan mengenakan penyamaranku, besok kau urus para polisi itu untuk tidak datang ke sekitar rumah mereka, aku akan membereskannya dalam sekejap.”

“Astaga keras kepala sekali, oh sudahlah, terus kalau kau tertangkap bagaimana?”

“Tentu saja kau harus membantu ku” jelas Rudi singkat. Asisten nya hanya menghela nafas dan melakukan sesuai yang dikatakan oleh Rudi dan melaksanakan rencananya besok malam.

Setelah pembicaraan selesai, Rudi telah sampai di rumahnya dan menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk besok malam. Rudi berkata dalam hati,

“Tunggu saja, sebentar lagi kalian akan reuni bersama Nando kok.”

*keesoka harinya 
Sekarang sudah jam 15.00 dan tinggal beberapa jam lagi rencana Rudi akan dilaksanakan. Semua persiapan sudah disiapkan dengan matang. Saat ini Rudi dalam perjalanan menuju rumah pacarnya, Nanda. Tentu saja untuk berpura pura menghiburnya karena kematian sang kakak, Nando.

“Tok tok tok”

“Siapa ya?” Nanda membuka pintunya dan ternyata melihat Rudi di depan pintu.

 “Hai Nan, udah nunggu lama?” Tanya Rudi.

“E-Eh gak nunggu lama kok, ayo masuk”. Ajak Nanda dengan gugup. Rudi penasaran mengapa sikap Nanda yang tiba-tiba berubah.

“hmm, apa mereka mulai mengawasiku ?” Rudi yang berbicara dalam hatinya 
“Oh iya, orang tua mu dimana Nan?”
“O-orang tua ku lagi pergi …..” jawab Nanda dengan sedikit gugup.

“Hm begitu ya….Oh ya maaf Nan tiba-tiba ada urusan mendadak, aku harus segera pergi, ini buah tangan buat kamu, bunganya juga dirawat baik baik ya, bye Nan”. Setelah Rudi memberikan barang yang dibawanya, tidak lupa memberikan kecupan untuk Nanda dan segera pergi dari rumah itu.

“E-Eh emm, makasihh ya Rud, bye bye” Nanda pun melambaikan tangannya kepada Rudi.

Rudi yang dipastikan sudah pergi dari rumah itu, tiba-tiba orang tua Nanda dan beberapa polisi keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka bersembunyi untuk mengawasi pergerakan Rudi jika ada tanda mencurigakan.

“Gerak gerik anak itu mencurigakan, kalian bisa suruh dia datang malam ini? Kita akan membawanya ke markas polisi untuk diselidiki lebih lanjut” Tanya para polisi kepada mereka.

“Sepertinya bisa, Nanda coba Tanya Rudi apa dia bisa datang lagi untuk mala mini, katakan saja untuk makan malam bersama” Tanya Albert kepada Nanda. Nanda pun hanya melakukan sesuai dengan perkataan ayahnya, karena dia juga penasaran dengan tingkah laku Rudi yang tiba-tiba seperti itu.

“Rudi, kamu bisa datang nanti? jam 20.00, untuk makan malam bareng keluarga aku.” Tanya Nanda lewat chat.

“Maaf, aku ada urusan sampai malam nanti Nan, besok aja ya aku datangnya…” balas Rudi.

“Rudi gak bisa datang malam ini pa, gimana dong?” ujar Nanda kepada ayahnya.

“Jika seperti itu, kami akan datang lagi besok malam, semoga hari kalian menyenangkan, kami undur diri” dengan begitu para polisi pun meninggalkan rumahnya.

*di sisi Rudi 
“Cih- kalian pikir aku akan tertipu dengan mudah, sudah jelas jelas ada banyak polisi yang menunggu ku, sialan, jika begini bisa saja rencana yang kususun menjadi kacau” decak Rudi yang kesal karena penjagaan disana yang begitu ketat.

“Mengharapkanku datang kesana lagi? Tentu saja tidak kan, tunggu saja, aku akan datang sebagai orang lain” seringai Rudi dan bersiap untuk nanti malam. Kemudian Rudi menelepon seseorang untuk memastikan rencananya berjalan dengan lancar. 

“Hei, sudah kau pastikan akan lancar?”

“Sudah, jadi tenang saja, tidak akan ada yang mengganggu pertunjukkanmu”

Hanya sesingkat itu pembicaaraan mereka dan menunggu malam hari tiba.

*10 menit sebelum rencana
tok tok tok suara ketukan terdengar, membuat orang tua Nanda yang berada di ruang tamu kebingungan, karena tidak ada janji malam ini. Sang ibu pun membuka pintu, ketika baru ingin bertanya “siapa”. Tiba-tiba ada todongan pistol ke kepala ibu Nanda dari orang yang tidak dikenal.

“AAAAAAA!! SIAPA KAMU?!” Tanya Ibu Nanda dengan panik. Saat Ibu Nanda ingin menutup pintu dan memberi tahu kepada suaminya. Tiba-tiba ada sebuah pisau di lehernya dan pistol tepat di sebelah kepalanya. Ibu Nanda pun ketakutan setengah mati sampai gemeteran. Albert yang mendengar suara teriakan istrinya langsung saja menuju ke pintu depan dan betapa terkejutnya dia melihat istrinya yang dalam keadaan hidup dan mati.

“SIAPA KAU, LEPASKAN ISTRIKU SEKARANG!!” Teriak Albert kepada orang asing itu. Bagi mereka mungkin itu orang asing. Tapi kalian tahu bukan siapa pelakunya? Tentu saja siapa lagi selain psikopat berdarah dingin itu, Rudi. Orang asing itu yang diketahui sebagai Rudi akhirnya bersuara,
“Jika kau maju sedikit saja aku akan membunuh istrimu di tempat” Ancamnya kepada Albert.

“SIALAN KAU, APA YANG KITA PERBUAT PADA KAU SAMPAI MENGANCAM KAMI!?” Teriak Albert dan berharap dengan teriakannya, ada polisi yang datang atau setidaknya satpam. Tapi sayang sekali tidak ada yang datang. Jelas bukan? Rudi sudah merencanakan semua ini dengan matang.

“Percuma kau berteriak, tidak akan ada yang menolong kalian” ucap Rudi dengan senyuman sinis. Albert hanya dapat berdiam diri melihat istrinya yang menangis. Tiba-tiba saja Nanda keluar dari kamarnya dan turun karena kebisingan kesekian kalinya.

“Kenapa sih ma pa, teriak teriak mulu- , e-EH SIAPA KAMU, LEPASIN MAMA AKU!” Nanda yang awalnya masih mengantuk langsung saja berteriak karena melihat ibunya yang disandera oleh orang asing.

“Heh- bagus sekali bukan situasi ini, mungkin sebaiknya aku membunuhnya sekarang? Ah tapi aku masih ingin melihat wajah panik mereka, begitu menyenangkan AHAHAHA” ucap Rudi dalam hatinya yang menganggap hal ini seperti permainan baginya. Tapi Albert melihat seseorang yang memberikan secercah harapan dan langsung,

“LETAKKAN SENJATA MU DAN LEPASKAN WANITA ITU!!” ucap seorang polisi yang menodongkan pistol ke kepala Rudi.

“Cih- cepat sekali mereka kembalinya, sialan apa dia tidak bisa menjalankan tugasnya dengan benar?” Kesal Rudi dalam hatinya karena rencananya menjadi kacau. Lalu begitu banyak polisi yang datang dan mengelilingi Rudi, sehingga tidak ada jalan keluar baginya.

“DOR” Suara itu mengejutkan semua orang dan ibunya Nanda pun tergeletak tidak bernyawa di depan semua orang begitu juga Nanda dan ayahnya.

“TANGKAP ORANG ITU!!” Perintah komandan dari polisi dan semuanya berusaha menyergap Rudi. Rudi berusaha kabur dengan menembak beberapa polisi dan kabur dengan mobil yang telah dipersiapkan. Para polisi dengan cepat mengejar Rudi.

Disisi lain Albert dan Nanda, mereka menangis tersedu-sedu karena kehilangan sosok istri dan ibu dalam hidup mereka, sampai orang yang mendengarnya mungkin bisa merasakan betapa pilunya hati mereka. Mereka menangis tiada henti, bahkan sampai ambulans datang mereka masih saja menangis.

Sementara itu, Rudi dan para polisi sedang kejar kejaran di jalan raya. Tanpa memperdulikan lalu lintas, Rudi menyalip kendaraan sehingga para polisi agak kesusahan mengejarnya karena jalan raya yang sedang padat.

“Sialan para polisi keparat itu, kapan mereka akan menyerah” Kesal Rudi karena para polisi masih tetap mengejarnya. Saat melihat jalan tikus, Rudi langsung belok ke jalan tikus itu, ketika Rudi melihat kaca spion, dia tidak melihat mobil polisi yang mengejarnya. Rudi pun menghela nafas karena dipikirnya sudah bebas dari kejaran polisi.

“huh- akhirnya, ah-  sialan aku akan memotong gajinya karena bekerja tidak becus” Pikir Rudi sambil mencaci maki asistennya karena tidak becus pada perintah yang disuruh. Kemudia Rudi keluar dari mobilnya untuk menyelinap, karena jalannya yang semakin kecil dan mobilnya tidak muat. Baru saja Rudi turun ada teriakan,

“ANGKAT KEDUA TANGANMU KE ATAS SEKARANG JUGA!” Para polisi mengetahui lokasi Rudi melalui pelacakan plat mobil yang digunakan Rudi, sehingga para polisi berhasil menyergapnya.

“SIALAN DARIMANA MEREKA TAHU LOKASI KU?!” Rudi yang panik langsung mengangkat pistol nya dan menembak salah satu polisi.  Polisi itu langsung menghindar dan terkena tembakan di lengannya. Tiba-tiba ada polisi yang menembakkan bius pada Rudi tanpa diketahui. Rudi kaget dengan serangan dadakan itu dan pandangannya menjadi buram seketika. Rudi langsung jatuh pingsan di tempat.

“Tunggu saja, aku akan membunuh kalian semua” pikir Rudi sebelum pingsan.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami