Senin, 29 Mei 2023

Pengaruh Wanita dalam Menentukan Generasi Berikutnya


“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” - Raden Ajeng Kartini.

Wanita seringkali dianggap tidak perlu bersekolah dan tidak perlu mempunyai mimpi tinggi. Mereka beranggapan bahwa untuk apa para wanita berpendidikan tinggi kalau mereka harus kembali ke dapur dan mengurus keluarganya. Tak bisa dipungkiri, bahwa hati saya sakit saat mendengarnya. Memangnya apa yang memicu perdebatan sehingga wanita tidak boleh bersekolah tinggi?

Apa salahnya jika seorang wanita, menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Bukankah pendidikan merupakan aspek penting untuk memajukan sebuah negara? Begitupun dengan kualitas pendidikan wanita yang juga merupakan aspek penting bagi pembangunan bangsa. 

Saya pernah membaca salah satu kutipan yang menyebut bahwa “Anak yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas.” lantas akan seperti apa jika tokoh "ibu" yang dimaksud di sini tidak diperbolehkan menempuh pendidikan yang tinggi? Lalu bagaimana bisa lahir seorang anak yang cerdas? Perlu kita ketahui, bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, pola asuh dan didikan ibu yang cerdas serta berpendidikan akan menjadikan anak menjadi karakter yang berguna di masa depan.

Kartini telah memperjuangkan hak-hak wanita salah satunya ialah ilmu dan pendidikan bagi kaum perempuan. Perjuangannya tersebut berhasil memberikan perubahan bagi wanita menuju pemikiran yang lebih maju. Bahwasannya wanita juga memiliki peranan penting dalam lingkungan sosial mereka.

Pendidikan bukan hanya semata untuk mencari pekerjaan yang baik, tetapi mereka para wanita masih mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang bermanfaat, karena wanita berperan dalam menentukan generasi penerus bangsa yang terdidik, dan pada saat itulah dapat kita nilai bagaimana hasil dari seorang wanita selama menuntut ilmu.

Pentingnya pendidikan bagi seorang wanita bukan hanya untuk karir saja, melainkan hal itu juga membentuk pribadi yang memiliki pola pikir kritis, dengan pola pikir kritis ini, seorang perempuan melihat berbagai hal dari berbagai persepektif, memungkinkannya membuat keputusan yang dipertimbangkan dengan cermat.

Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan bagi seorang wanita masih sangat rendah, bahkan dari wanita itu sendiri. Mereka masih terjebak pada zona nyaman dan pemikiran lampau yang membuat mereka rabun pada dunia pendidikan. Salah satunya mengenai faktor ekonomi. 

Namun, pada saat ini telah banyak juga wanita yang menggunakan haknya dengan bijaksana. Wanita dengan jenjang pendidikan tinggi, telah mampu berperan serta dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun jumlahnya masih lebih rendah, tetapi setidaknya telah banyak wanita yang mampu menunjukkan prestasinya dalam bidang yang mereka tekuni.

Selain itu, ada juga perjuangan wanita lain di desa-desa terpencil yang berusaha memberdayakan wanita lain disekitarnya. Hal tersebut dilakukan agar para wanita dapat memiliki pengetahuan yang cukup dalam membangun rumah tangga dan juga berkarya. Karena pada dasarnya, wanita adalah juga manusia yang sama dengan laki-laki, wanita memiliki berbagai potensi dan kemampuan yang dapat diasah dan diarahkan untuk menghasilkan karya.

Wanita pada era ini sudah semestinya memahami kodratinya dengan lebih objektif. Kemudian yang perlu dikembangkan adalah kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dan menghasilkan karya. Sudah semestinya, hak yang diberikan pada wanita digunakan untuk berkarya dan menghasilkan manfaat bagi masyarakat sekitar, dengan tidak melupakan kodratnya sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya dan juga penjaga keluarga agar tetap berada dalam naungan kasih sayang.

Sutan Takdir Alisyabahna memberikan contoh sosok Ratna, sebagai yang sebelum menikah sangat aktif dalam berbagai kongres, perempuan yang lantang mengemukakan gagasannya di forum, hingga semua orang terkesima dan memperkirakan bahwa Ratna akan menjadi pimpinan kongres yang lebih besar lagi.

Namun, ternyata ketika telah menikah, Ratna memilih tinggal di desa terpencil hidup sederhana bersama suaminya. Ratna bukan berubah menjadi seorang pragmatis, melainkan ia telah sampai pada puncak pemahaman yang tinggi mengenai kodrat dan potensi perempuan. 
Di sela-sela kehidupan hariannya, Ratna masih aktif menulis di surat kabar maupun majalah untuk menuangkan gagasan-gagasannya yang masih tajam. Ia tahu betul bahwa masih banyak yang dapat ia kemukakan bagi perbaikan kehidupan perempuan, salah satunya dengan menulis. Menulis menjadi senjata bagi Ratna untuk memberikan pemahaman pada dunia mengenai perempuan. 

Sosok Ratna mengajarkan bahwa kodratnya tidak pernah memasungnya untuk berkarya. Ratna mengupayakan dapat menjalankan kodratnya dengan juga menghasilkan karya melalui gagasan-gagasan yang cemerlang.
Melalui hal tersebut dapat dipahami bahwa yang harus diilhami perempuan hari ini adalah kodrat dan potensinya.

Oleh karna itu besar dampak wanita terhadap pengaruh dalam menentukan generasi berikutnya, dan sudah selayaknya para wanita harus mendapat dukungan lebih dalam pengembangan diri mereka, tanpa pemikiran lama yang justru dapat menghambat kemampuan wanita untuk terus berprestasi.

cc: Ismi Nur Azijah SMK NEGERI 11 Jakarta 
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami