Suatu hari Pak Ridho Marjoko datang
ke kelas kami, sebenarnya beliau ndak pernah mengajar kelas kami sebelumnya.
Sebab, beliau lebih fokus mengajar kelas Akuntasi, sedang saya adalah
Perkantoran. Ketika beliau menyambangi kelas kami, kami sontak antusias mendengar
kata-kata Pak Ridho. Waktu itu jam kosong, ndak ada gurunya, maka dari itu,
kerena kelas kami brisik, datanglah Pak Ridho..
Beliau
bercerita tentanga bagaimana ketika itu ia bekerja di bagian penerima tenaga
kerja baru. Suatu waktu ia mewawancari seseorang, nilai akademiknya tinggi, dan
tampilannya meyakinkan. Seseorang itu adalah ahli Akuntasi. Namun, Pak Ridho
bercerita, ketika seseorang itu ditanya: apa yang dimaksud dengan Akuntasi, ia
malah ndak tahu. Bergetar ia. Tanpa pikir panjang, Pak Ridho ndak meloloskan
seseorang itu, yang nilai akademiknya tinggi, konon lulusan terbaik dan
seterusnya.
Pak
Ridho menyinggung kelas kami yang beliau sambangi. Ketika itu kami jam kosong
pelajaran Administrai Kepegawaian. Beliau bertanya: “Apasih Administrai
Kepegawaian itu?” lantas kelas sepi, ndak bisa menjawab. Ya memang, guru yang
mengajar adm kepegawaian kurang menjelaskan pengertian adm kepegawaian itu
sendiri. Malulah saya yang adalah salah satu bagian dari kelas ini.
Nah,
selanjutnya Pak Ridho memberikan wajengan yang terus-terus saya ingat. Jadi
begini kurang lebih:
“Di dunia ini ada dua zone, yaitu zone
nyaman dan zone tidak nyaman. Ketika kita masuk di zona nyaman dan terlalu lama
di sana, maka kita akan tenggalam. Dan jika kita terus-menerus berada di zona
tidak nyaman, maka kita akan sters. Lalu bagaimana mengatasinya?
Ibarat busway. Di setiap
pemberhentian akan ada halte. Busway penuh dan sesak. Maka, untuk mencapai
tujuan di halte akhir, kita harus turun di setiap halte untuk melepas penat,
bersantai dan seterusnya, ini adalah zone nyaman. Tapi jangan lupa, kita harus
kembali ke zone tidak nyaman. Jika kita terus-terusan di zone nyaman, maka kita
akan ketinggalan busway, tidak sampai di halte tujuan.
Maka, kita harus
menyeimbangi. Jika kita sedang merasa di zone nyaman, jangan terlena, masuklah
kembali ke zone tidak nyaman. Jika kita terlana, maka tenggelamlah kita,
menjadi batu kali.”
kalau ini Kagami lagi masuk zone di anime kurobas, ngohaha.. abaikan saja xD |
Pertemuan singkat dengan Pak Ridho
sungguh bermanfaat. Beliau adalah guru favorit di sekolah, cara mengajarnya pun
mengasyikan, mengerti keadaan murid, kerena saya ndak diajar oleh beliau, saya
hanya mendengar saja, pastinya? Saya ndak tahu. Tapi saya yakin, beliau adalah
guru kekinian. Bisa memotivasi. Sebab iya, murid juga butuh motivasi. Ketika
murid ndak semangat belajar dan seterusnya, kalau ndak ada motivasi, maka ia
akan terus seperti itu.
“Kita memiliki waktu 24 jam dalam
satu hari yang sama. Namun yang membedakan, kita apakan waktu itu.” Kata beliau yang
masih saya ingat.
Pak Ridho, foto ini saya ambil dari facebook, ckckc.. |
Setelah
saya diberi motivasi terkait dua zone tadi, saya menjadi sering berpikir bahwa
ketika saya berada di zone nyaman, contohnya seperti tidur-tiduran di kosan,
ndak ada kerjaan, dan sebagainya, maka saya mencoba masuk lagi ke zone tidak
nyaman, contohnya membaca buku, belajar, dan sebagainya.
Dan
semua itu benar, jika kita terlena dengan zone nyaman kita, maka kita lama-lama
akan tenggelam, lalu menjadi batu kali yang menjijikan, banyak lumpur dan ndak
berharga. Jadilah emas yang langka! Dan dicari banyak orang, harganya pun
mahal, apalagi dibandingkan dengan batu kali.
Tapi,
harus kita ketahui, untuk membuat satu batang emas, melewati beberapa proses.
Penggalian, dibakar, dipalu, dibakar lagi, dibentuk lagi, dan seterusnya hingga
menjadi emas asli. Berbeda dengan batu kali, ia hanya butuh terdiam, dan
akhirnya berada di kedangkalan kali.
Seperti
halnya kita semua. Jika kita ingin menjadi yang banyak dicari orang, berharga,
maka ikutilah proses pembuatan emas. Ia dibakar, dipalu, dibentuk, dan
seterusnya.
Opsi
lain, jadilah batu kali, tugasmu hanya diam, dan terus diam. Lalu kau
tenggelam, dan jadilah batu kali yang berlumpur.
Mana
pilihanmu?!
Oleh: Afsokhi Abdulloh
Pramuka Bantara yang ngaku-ngaku menjadi penulis. Buku terbarunya bisa lihat di sini