Kamis, 19 November 2015



Suatu hari Pak Ridho Marjoko datang ke kelas kami, sebenarnya beliau ndak pernah mengajar kelas kami sebelumnya. Sebab, beliau lebih fokus mengajar kelas Akuntasi, sedang saya adalah Perkantoran. Ketika beliau menyambangi kelas kami, kami sontak antusias mendengar kata-kata Pak Ridho. Waktu itu jam kosong, ndak ada gurunya, maka dari itu, kerena kelas kami brisik, datanglah Pak Ridho..
            Beliau bercerita tentanga bagaimana ketika itu ia bekerja di bagian penerima tenaga kerja baru. Suatu waktu ia mewawancari seseorang, nilai akademiknya tinggi, dan tampilannya meyakinkan. Seseorang itu adalah ahli Akuntasi. Namun, Pak Ridho bercerita, ketika seseorang itu ditanya: apa yang dimaksud dengan Akuntasi, ia malah ndak tahu. Bergetar ia. Tanpa pikir panjang, Pak Ridho ndak meloloskan seseorang itu, yang nilai akademiknya tinggi, konon lulusan terbaik dan seterusnya.
            Pak Ridho menyinggung kelas kami yang beliau sambangi. Ketika itu kami jam kosong pelajaran Administrai Kepegawaian. Beliau bertanya: “Apasih Administrai Kepegawaian itu?” lantas kelas sepi, ndak bisa menjawab. Ya memang, guru yang mengajar adm kepegawaian kurang menjelaskan pengertian adm kepegawaian itu sendiri. Malulah saya yang adalah salah satu bagian dari kelas ini.
            Nah, selanjutnya Pak Ridho memberikan wajengan yang terus-terus saya ingat. Jadi begini kurang lebih:
            “Di dunia ini ada dua zone, yaitu zone nyaman dan zone tidak nyaman. Ketika kita masuk di zona nyaman dan terlalu lama di sana, maka kita akan tenggalam. Dan jika kita terus-menerus berada di zona tidak nyaman, maka kita akan sters. Lalu bagaimana mengatasinya?
            Ibarat busway. Di setiap pemberhentian akan ada halte. Busway penuh dan sesak. Maka, untuk mencapai tujuan di halte akhir, kita harus turun di setiap halte untuk melepas penat, bersantai dan seterusnya, ini adalah zone nyaman. Tapi jangan lupa, kita harus kembali ke zone tidak nyaman. Jika kita terus-terusan di zone nyaman, maka kita akan ketinggalan busway, tidak sampai di halte tujuan.
            Maka, kita harus menyeimbangi. Jika kita sedang merasa di zone nyaman, jangan terlena, masuklah kembali ke zone tidak nyaman. Jika kita terlana, maka tenggelamlah kita, menjadi batu kali.”

kalau ini Kagami lagi masuk zone di anime kurobas, ngohaha.. abaikan saja xD


Pertemuan singkat dengan Pak Ridho sungguh bermanfaat. Beliau adalah guru favorit di sekolah, cara mengajarnya pun mengasyikan, mengerti keadaan murid, kerena saya ndak diajar oleh beliau, saya hanya mendengar saja, pastinya? Saya ndak tahu. Tapi saya yakin, beliau adalah guru kekinian. Bisa memotivasi. Sebab iya, murid juga butuh motivasi. Ketika murid ndak semangat belajar dan seterusnya, kalau ndak ada motivasi, maka ia akan terus seperti itu.
“Kita memiliki waktu 24 jam dalam satu hari yang sama. Namun yang membedakan, kita apakan waktu itu.” Kata beliau yang masih saya ingat. 
Pak Ridho, foto ini saya ambil dari facebook, ckckc..



            Setelah saya diberi motivasi terkait dua zone tadi, saya menjadi sering berpikir bahwa ketika saya berada di zone nyaman, contohnya seperti tidur-tiduran di kosan, ndak ada kerjaan, dan sebagainya, maka saya mencoba masuk lagi ke zone tidak nyaman, contohnya membaca buku, belajar, dan sebagainya.
            Dan semua itu benar, jika kita terlena dengan zone nyaman kita, maka kita lama-lama akan tenggelam, lalu menjadi batu kali yang menjijikan, banyak lumpur dan ndak berharga. Jadilah emas yang langka! Dan dicari banyak orang, harganya pun mahal, apalagi dibandingkan dengan batu kali.
            Tapi, harus kita ketahui, untuk membuat satu batang emas, melewati beberapa proses. Penggalian, dibakar, dipalu, dibakar lagi, dibentuk lagi, dan seterusnya hingga menjadi emas asli. Berbeda dengan batu kali, ia hanya butuh terdiam, dan akhirnya berada di kedangkalan kali.
            Seperti halnya kita semua. Jika kita ingin menjadi yang banyak dicari orang, berharga, maka ikutilah proses pembuatan emas. Ia dibakar, dipalu, dibentuk, dan seterusnya.
            Opsi lain, jadilah batu kali, tugasmu hanya diam, dan terus diam. Lalu kau tenggelam, dan jadilah batu kali yang berlumpur.
            Mana pilihanmu?!


Oleh: Afsokhi Abdulloh
Pramuka Bantara yang ngaku-ngaku menjadi penulis. Buku terbarunya bisa lihat di sini
 
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami