![]() |
ilustrasi |
Untuk kalian yang masih
remaja, pasti pernah mengalaminya. Jangankan para remaja, terkadang ibu-ibu
rumahtangga yang tugasnya merawat keluarganya saja, ikut-ikutan menjadi alay. Apalagi ditambah zaman sudah
semakin modern. Uang dengan mudahnya didapatkan. Gadget-gadget canggih sudah banyak diciptakan. Dengan uang sejumlah
satu juta rupiah saja, kita sudah bisa membeli sebuah gadget canggih dengan merk
yang cukup terkenal. Akhirnya banyak sekali anak-anak sekolah ketergantungan
dengan gadgetnya itu.
Salah
satu korban ketergantungan gadget canggih
adalah Weni. Dia masih duduk dibangku SMK. Umurnya sekitar 17 tahunan. Umur
segitu adalah umur dimana anak-anak perempuan mengalami masa-masa pubernya. Dia
yang tadinya pendiam tiba-tiba berubah menjadi Weni yang pecicilan. Centil, istilah
zaman sekarang.
Setiap
jam pelajaran sekolah, dia selalu memainkan gadgetnya
itu. Semua akun sosmed telah
dimilikinya. Mulai dari yang paling sering dikunjungi oleh semua orang, yaitu facebook sampai Path yang semua orang jarang memilikinya. "Bentar-bentar
cekrek, bentar-bentar cekrek. Selfie dikit cekrek, senyum dikit cekrek,” ujar
Lia teman sebangku Weni.
Sekitar
dua hari yang lalu, kepala sekolah telah memberikan penyuluhan mengenai
'Larangan Membawa Hp ke Sekolah'. Entah mengapa, semua siswa-siswi sekolah
tersebut bersorak-sorak tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh kepala
sekolah. Kepala sekolah dengan sabarnya memberikan penjelasan kepada mereka
semua, tetap saja masih ada satu atau dua orang yang nyeletuk ucapan tak enak
didengar. Ternyata bukan hanya Weni yang ketergantungan dengan gadget, tetapi seluruh siswapun telah ketergantungan
oleh gadget canggih yang dimilikinya.
Sehingga mereka tidak setuju jika sekolah melarang membawa Hp ke kelas.
Bagaimana
seluruh siswa-siswi yang telah dibilang 'remaja' ini tidak ketergantungan?, didalam
gadget tersebut telah dilengkapi aplikasi-aplikasi
yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka semua. Tidak perlu jauh-jauh
untuk membelinya. Tidak perlu jalan kaki sampai kepanasan untuk membelinya.
Dengan duduk santai, tiduran, nonton TV sampai memasak di dapur saja kita bisa
membelinya. Yaitu dengan cara download
aplikasi tersebut di salah satu playstore
yang ada di gadget itu sendiri. Tentu
saja ada plus minusnya dari aplikasi tersebut. Ambil contoh kecilnya saja, yaitu
aplikasi seperti 'Buku Online'. Didalam aplikasi
ini ada plusnya, yaitu para pelajar bisa belajar lebih luas lagi mengenai
materi yang sedang dibahas oleh guru. Mereka semua juga bisa searching mengenai materi yang kurang
paham. Serta mereka juga bisa membentuk kelompok diskusi umum yang berbasis online.
Tetapi dari sekian plus yang terdapat diaplikasi tersebut, ada juga dampak
negatif atau minusnya dari aplikasi tersebut. Yaitu, para pelajar tidak pernah membawa
buku pelajaran yang telah diberikan oleh sekolah untuk digunakan selama KBM
berlangsung.
Kebanyakan
buku-buku yang diberikan sekolah hanya disimpan dengan mulus di dalam lemari.
Terlihat sekali buku itu masih baru. Banyak sekali guru-guru yang mengeluh akan
hal tersebut.
***
Menggunakan
aplikasi yang ada di dalam gadget kita
itu boleh hukumnya. Malah tidak ada larangannya sama sekali, kecuali yang
memang benar-benar dilarang oleh negara. Tetapi, kita harus bisa memanfaatkannya
dengan sebaik-baik mungkin. Dan kita juga harus mempunyai referensi tersendiri dari buku-buku yang ada. Agar wawasan kita
bertambah luas dan buku-buku tersebut tidak sia-sia keberadaannya.
"BETE NIH GAK ADA
GURU".
Itu
adalah salah satu status milik Weni. Sekitar 5 menit yang lalu kalimat itu
diluncurkannya di salah satu akun jejaring sosial miliknya. Dilihat-lihat like untuk
status tersebut lumayan banyak. Padahal hanya status seperti itu, tetapi
likenya tembus 1000 likers. Tak lupa juga ada banyak orang yang meninggalkan comment
di dalam postingan tersebut. Terlihat sangat jelas, Weni menanggapinya dengan
sangat baik.
"Sokin kelas gue
dong. Disini juga lagi gak ada guru".
Itu
adalah salah satu comment yang ditinggalkan oleh akun yang bernama Rafi
Daputra. Rafi memang teman sekolah Weni. Mereka berdua hanya berbeda ruang
kelas saja.
Bisa
dilihat dari gaya bicara mereka di sosmed, mereka sangat akrab. Dengan adanya
gadget, sepertinya lautan saja tidak menjadi penghalang komunikasi antara dua
orang atau lebih. Padahal bisa dilihat dengan jelas, lautan sangatlah luas. Belum
lagi ditambah dengan pegunungan yang mengitari daratan. Sudah terbayangkan
bagaimana luasnya jarak tersebut?.
Dengan
adanya gadget kita hanya perlu sekali
klik 'Send' pesan yang akan disampaikan kepada seseorang yang amat-teramat jauh
akan sampai dengan hitungan menit saja. Canggih bukan? Itulah kelebihan gadget itu sendiri.
Sekolah
melarang seluruh siswa-siswi membawa gadget
ke kelas. Hal ini karena sekolah merasa terganggu dengan adanya keberadaan gadget di dalam lingkungan sekolah.
Banyak siswa-siswi yang tidak memanfaatkan gadget
dengan baik. Bukan hanya itu, banyak guru-guru mendapatkan ‘mangsa’ di dalam
kelas ketika mengajar. Katanya sih, pada saat guru menerangkan di depan kelas,
masih banyak siswa-siswi yang asyik sendiri dengan gadgetnya itu. Sampai-sampai
guru yang sedang berbicara di depan kelas tidak diperhatikan dan guru merasa
tersinggung. Hal ini banyak sekali terjadi dikalangan anak sekolah.
"Lia, foto yuk.
Gue baru download aplikasi baru nih. Katanya si, aplikasi ini bisa bikin muka
kita makin cantik".
"Masa si Wen?, itu
aplikasi baru apa gimana?", Tanya Lia bingung.
"Iya. Ini adalah
aplikasi baru. Gue baru aja download . Mau nyoba gak? Pasti seru deh".
Mereka
berdua asyik dengan aplikasi tersebut. Padahal kelas mereka sedang kosong tak
ada guru. Seharusnya mereka memanfaatkan jam kosong tersebut untuk hal yang
positif, tetapi mereka malah mengisi waktu luang untuk berfoto ria.
Bukan
hanya mereka berdua. Dilihat dari luar, kelas mereka sangatlah gaduh. Terdengar sangat
kencang suara musik yang diputar lewat gadget
mereka. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Padahal kelas lain merasa terganggu
oleh kegaduhan kelas mereka.
Jika
ada kelas lain yang menegurnya, tidak tau kenapa kelas mereka malah yang marah.
Padahal, jika dilihat-lihat kelas merekalah yang bersalah karena telah mengganggu
konsentrasi belajar orang lain. Bukannya minta maaf, malah marah-marak tidak
jelas. Itu adalah ciri khas kelasnya Weni.
***
Stopcontac
terlihat tak beraturan. Banyak sekali kabel-kabel sambungan untuk meng-charge.
Di bawah kolong meja banyak sekali cabang-cabang stopcontac yang digunakan oleh siswa-siswi yang tidak kebagian stopcontac.
Bukankah hal itu sangat berbahaya?, bisa saja terjadi kebakaran karena konsleting
listrik yang diakibatkan oleh ceceran kabel tersebut atau bertumpuknya
penggunaan stopcontac. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang sadar akan hal tersebut.
Selama
di sekolah, kurang lebih kita belajar selama
9 jam. Itupun belum dipotong oleh istirahat dua kali. Istirahat pertama
sekitar jam 9 pagi untuk makan atau
shalat dhuda. Dan istirahat kedua sekitar jam 12 siang. Kebanyakan istirahat
kedua dimanfaatkan untuk beribadah shalat dzuhur bagi umat islam. Dan yang lain
melakukan makan siang atau tidur diatas meja.
Setiap
ada berita terbaru yang baru saja diupload dijejaring sosial, mereka semua dengan
mudah dan cepat mengetahuinya. Entah mengapa kabar tersebut sudah seperti bisikan
sesaat yang sangat cepat. Dizaman dulu, berita-berita seperti ini tersebar sangat
sulit dan lama kekalangan masyarakat, bahkan bisa sampai satu bulan berita
tersebut baru tersebar luas. Tetapi dizaman yang modern dan super canggih ini,
berita apapun dengan jangka waktu satu menit sudah banyak tersebar luas
dikalangan masyarakat. Canggih bukan?, itulah kemajuan zaman sekarang.
Bukan
hanya di sekolah, di rumahpun sebagian besar siswa-siswi tidak bisa lepas dari
gadgetnya. Setiap detik, menit, dan jampun mereka semua masih memainkannya. Setiap
mereka bangun tidur, barang pertama yang dicari adalah gadget yang dimilikinya.
Setelah itu, mereka mengecek semua aplikasi chating yang ada digadgetnya. Yang
lebih parahnya lagi, besok adalah hari neraka. Yaitu hari dimana ulangan mata
pelajaran yang sangat mematikan diadakan, contohnya ulangan akuntansi.
Pelajarannya sangat sulit dan rumit, namun mata pelajaran ini memecahkan rekor
dengan kategori 'KKM Tertinggi' yang ada di sekolah tersebut. Bagaimana tidak?,
mata pelajaran lain hanya memiliki kkm sebesar 75. Tetapi, kkm untuk mata
pelajaran ini adalah 85. Terkadang para siswa-siswi bukannya belajar dengan
khusyuk agar besok bisa mengerjakannya dengan baik dan benar, mereka semua malah
kebanyakan asyik main gadget sampai larut malam. Kertas materi ulangan hanya ditaruh
disebelah tempat tidurnya saja. Terlihat lecek si, tetapi bukan karena dibaca.
Melainkan karena ketiduran jadi lecek dan kusut.
Kebanyakan
siswa-siswi seperti ini hanya berharap 'Besok mendapatkan pengawas ulangan yang
baik, agar bisa nyontek' atau nggak 'Ulangan aja dulu, remed mah belakangan.
Yang penting kita udah tau soalnya ini'. Biasanya si seperti itu pemikiran mereka
semua. Entah kenapa pikiran mereka seperti ini, "Mungkin virus gadget
tercemar luas diotak mereka. Sampai-sampai otaknya kopong tidak ada isinya.
Macam otak udang", Ujar salah satu siswi teladan yang ada di sekolah
itu.
Mengikuti perkembangan zaman boleh. Hal ini
malah diharuskan, agar kita tidak kuper atau kampungan. Tetapi hal yang harus
selalu diingat adalah, manfaatkan perkembangan zaman itu dengan sebaik-baik
mungkin. Jangan sampai kita mendapatkan kerugian yang paling terbesar akibat
hal itu. Karena, hanya manusia bodoh dan manusia yang tak punya pikiran sajalah
yang mau dirinya dirugikan.***tentang penulis: