Jurnalis pelajar 11, Pinangsia--Setiap upacara
bendera, salah satu peran pentingnya adalah kesiapan dari pasukan pengibar
bendera (paskibra) itu sendiri. Salah sedikit saja, maka akan fatal
akibatnya, ditambah lagi, hal itu terlihat oleh semua peserta upacara.
“Kalo lagi pada saat pengibaran
terjadi kesalahan-kesalahan kecil. Rasanya tuh pengen nangis. Udah latihan
dalam waktu yang tidak sebentar, tapi masih aja pada saat pengibaran terjadi
kesalahan,” ujar M. Jahari salah satu anggota paskibra SMK N 11 Jakarta.
Menurutnya, keadaan paskibra di SMK
11 cukup memprihatinkan, “Kalo dibilang keadaan mah pasti prihatin banget. Udah
gak ada pelatihnyaa terus gak disedian pakaian atau peralatan sejenisnya. Masa
iya kalo ada pengibaran, anak-anak paskibrakanya yang ribet nyari pakaiannya
(PDH & PDU). Kan aturan dari pihak sekolah udah disediain,” ucap pemilik
akun twitter @Muhamadjahari_ itu.
Hingga kini, tidak cukup sering
paskibra SMK 11 mengikuti perlombaan, sebabnya adalah kerena sekolah tidak
mengizinkan. “Sekolah ngizininnya tuh perlombaan tingkat walikota/nasional.
Sedangkan aja lomba-lomba tingkat seperti itu (tingkat walikota/nasional)
jarang. Terus juga (kalau) kita mau ikut lomba, tapi perlengkapannya gak ada, mau gimana lagi?” curahatan hati si penggila warna merah
itu, “sebenernya sih kita tuh udah dapet undangan perlombaan paskibraka dari
sekolah-sekolah laen,” tambahnya.
Meski demikian, paskibra di SMK 11
tidak surut begitu saja, menurut pemantauan kami, kini makin banyak siswa baru
mengikuti ekskul paskibra, bahkan mereka pun ikut mengibar ketika upacara
memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Jahari mengungkapkan, alasan kenapa
ia mengikuti paskibra, padahal ketika latihan, ia tampak sebagai satu-satunya
anggota laki-laki, “Karena ingin mengabdi kepada negara melalui paskibra. Terus
juga karena pengen ngibarin bendera merah putih setinggi langit,” tutup siwa yang memiliki tinggi 174 cm dan berat badan 56
kg itu.*** (AAB)
Baca juga yang ini
Baca juga yang ini