Rabu, 09 Februari 2022

Setelah pertemuan tanpa sengaja dengan Pak Jonathan, aku pun melangkahkan kakiku dengan cepat menuju kelas karena beberapa menit lagi istirahat akan segera berakhir.

"kring... kring... kring..." waktu istirahat sudah berakhir dan sekarang adalah jam pelajaran Bu Wulan guru Seni Budaya. Beliau memberikan tugas kelompok untuk membuat grup tari yang akan ditampilkan pada minggu depan, sayangnya beliau sudah membagikan anggota masing masing kelompok, dan sialnya ternyata aku satu grup dengan Jovan, orang yang paling aku hindari saat ini.

Bu Wulan mengatakan untuk menggunakan jam pelajarannya saat ini untuk berdiskusi mengenai tari yang akan di tampilkan oleh masing-masing kelompok. Aku pun berdiskusi dengan anggota kelompokku yang lain di bangku belakang.

Kelompok tari ku berisi 6 orang, terdiri dari aku, Nina, Sinta, Rendy, Ryco, dan si brengsek Jovan Saat aku datang, Jovan melihat ke arahku sambil mengeluarkan senyum genit yang membuatku merasa jijik dan ingin memukulnya.

Setelah diskusi panjang, akhimya kelompokku memutuskan untuk latihan tari di rumah Rendy
setelah pulang sekolah nanti. Bel pulang sekolah pun berbunyi. Suara nyaring bernada mulai menembus telingaku sekarang.

Sebenarnya aku sedikit malas untuk pergi ke rumah rendy, apalagi bersama si jovan brengsek itu, tapi mau tak mau aku harus mengisi nilai tugasku juga. Beberapa menit setelah siswa lain mulai bubar, teman-teman sekelompokku berunding masalah transportasi..

"Eh, kita mau naek apa ke rumah rendy?" Tanya nina membuka percakapan.

"Rumah rendy deket sama transportasi umum apa?" Sahut sinta.

"Rumahku dekat dengan halte bus, apa mau naik bus aja?" Sahut rendy.

"Iya, kalo emang deket mah aku ikut aja" ujar ryco

"Yaudah kalo gitu, kalian gimana?" Tanya rendy seraya menatapku dan jovan. Saat aku melihat ke arah jovan, ternyata dia sedang memperhatikanku, belum mulai saja sudah membuat risih.

"Aku ikut aja." Sahutku pelan.

"Iya, aku juga ngikut aja" jawab jovan yang masih memandangiku. Aku berusaha mengalihkan pandanganku agar menepis jauh-jauh pikiran buruk di otakku.

"Yaudah, kita berangkat sekarang? Ajak nina.

"Ayo!" Aku pun berjalan dari sekolah menuju halte bus, tidak terlalu jauh, tetapi terasa jauh varana ada jovan hrangeal di campingku

Di tengah perjalanan menuju halte, ada sebuah indomart yang terlihat cukup sepi. Jovan tiba tiba saja menahan tanganku sambil tersenyum, dan itu membuatku kaget sekaligus tak nyaman.

Temen-temen! Aku sama jenath jajan dulu ya! Nanti nyusull" Tiba-tiba jovan si brengsek itu
membuat ulah. Aku tak mau ikut tapi mau bagaimana lagi, teman-teman yang lain sudah cukup jauh di depan sementara aku tidak tahu jalan menuju halte.

"Ayo, kamu mau jajan apa sayang? Nanti aku beliin deh. Pasti haus" ucapnya yang terdengar
menggelikan di telingaku.

"Gak" jawabku singkat dan diam di tempat.

"Kenapa? Temenin dong ke dalam, masa aku sendiri si?" Kata kata jovan yang sengaja di lembutkan membuatku merasa mual dan ingin menampamya saat itu juga.

"Kalo mau jajan cepet." Ucapku sambil menatapnya dengan tajam.

Pfft, iya iya... tunggu ya.. entah apa yang lucu menurutnya, dia terus tersenyum dan menahan
tawa seperti itu. Membuatku jijik.

Akhirnya dia masuk ke dalam indomart itu setelah menyentuh daguku. Aku menepis tangannya dan sialnya tidak kena. Lalu akupun mengelap kasar dagu bekas sentuhannya lalu menunggunya keluar.

Beberapa menit aku menunggunya, tetapi tidak keluar juga. Aku rasa teman-teman yang lain sudah bosan menunggu di halte bus, mudah mudahan mereka tidak meninggalkan kami karena aku dan jovan tidak tahu jurusan busnya..

"Udah nih, nungguin ya?" Sapa jovan tiba-tiba membuatku menoleh kearah nya.

"Gak" jawabku singkat lalu bergegas menyusul yang lain.

"Hehehe, yaudah ayo." Lagi lagi jovan brengsek itu mengagetkanku. Dia menggandeng tanganku secara tiba-tiba.

Aku melepaskan tangannya, tapi dia malah memegangi lengan atasku, jujur aku sangat lelah
hari ini. Aku diam dan memfokuskan pandangan ke depan. Aku sengaja mempercepat
langkahku agar teman-teman yang lain tersusul olehku Dan akhirnya setelah beberapa menit, aku sudah hampir sampai di halte bus, aku melihat yang

lain sedang menunggu bus disana. Aku langsung melepas genggaman si brengsek itu dan lari
menaiki JPO menuju halte.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami