PART 4
Tiba-tiba...
"Oii Daneen" ucap seseorang dari belakang Daneen.
"Haaa!!" sontak Daneen berteriak, kaget.
Sedangkan Bian yang berada di belakangnya hanya tertawa cukup keras.
"Hahaha itu Rifa, Daneen. Bukan makhluk gaib"
ujar Bian masih menertawakan ekspresi kaget Daneen.
"Ish Rifa... bikin kaget aja! Udah ah ayo balik ke
tenda, lu di cariin ama yang lain juga!" Ucap Daneen kesal.
"Oh pada nyariin gue? Padahal gua udah ijin sama Bu Alya tadi," ungkap Rifa.
~
Mereka pun segera balik ke tenda, namun sesampainya di
tenda siswa suasananya sangat sepi seperti tidak ada orang sama sekali.
"Lah kok ga ada orang?" Tanya Bian bingung.
"Iya yah, mungkin mereka masih di hutan nyari si Rifa, yuk ke tenda guru
aja... kita tanya guru jelasnya gimana" Ajak Daneen sambil berjalan ke
arah tenda guru.
Sesampainya di tenda guru, ternyata keadaannya pun sama
seperti di tenda murid yang terlihat sangat sepi.
"Bu...?? Pak...?? Pak Bima??" panggil Daneen
sambil melangkah masuk diikuti Rifa dan Bian.
"Bu?? Pak??" teriak Rifa dengan suaranya yang
melengking.
"Manggil guru kok kayak nagihin duit kontrakan" ketus
Daneen yang hanya dibalas tawa kecil oleh Rifa.
"Ko ga ada ya?" Tanya Bian.
"Yaudah
tungguin aja kali ya" usul Rifa yang diangguki mereka berdua.
Hari yang semakin gelap dan hembusan angin malam yang
sangat dingin membuat suasana semakin mencekam, ditambah lagi dengan adanya suara burung hantu.
"Yang lain mana sih?!" Ucap Bian yang sudah kehabisan kesabaran.
"Padahal
malam sudah semakin larut tapi mereka belum balik juga, emang pada ngapain aja
sih?" Tanya Daneen kebingungan.
"Daneen!"
Panggil Seseorang.
Daneen, Bian, dan Rifa menoleh ketika mendengar suara khas Nita, salah satu pengurus OSIS yang juga
ikut mencari Rifa.
"Eh eh, santai. Atur nafas dulu, jangan pingsan di
sini, ga ada yang mau ngurusin lo" ujar Daneen begitu Nita berdiri di
depannya.
"Sumpah ya... Huh huh... Pak Bima panik tau! Dia kira lu ikutan ilang juga" keluh Nita
ditengah kepanikannya.
"Hah? Gua? Nyasar di
hutan? Ga level banget" Jawab Rifa yang menyebalkan.
"Emang pak Bima dimana?" lanjut Rifa yang
bertanya.
Nita menunjuk tempat yang ia maksud.
"Di tenda siswa, cepet ke sono" ujar Nita.
~
"Kalian tuh ya, bisanya bikin panik aja! Gimana sih
kalian ini? Sudah kelas 11 tapi masih aja kayak anak kecil!" Ucap Pak Bima
dengan nada kesal.
Daneen, Bian juga Rifa hanya dapat menunduk saat gurunya
itu mulai mengomel.
"Maaf pak" hanya itu yang dapat keluar dari
mulut mereka bertiga.
"Ya sudah, kalian sekarang tidur. Kegiatan malam ini
kita lakukan besok malam saja" ujar pak Bima, final.
Daneen dan Rifa segera menuju tenda mereka, sedangkan
Bian berbelok menuju teman-teman sekelasnya yang sedang bermain gitar.
Di dalam tenda, Della sedang membersihkan wajahnya dengan
pembersih wajah milik Daneen.
"So? Gimana? Enak di semprot sama pak Bima?"
Tanya Della.
"Berisik lu, balikin sini punya gua!" ucap
Daneen kesal.
Della segera menyembunyikan botol itu ke belakang
tubuhnya.
"Eits, nanti dulu gue lagi pake nih"
Ujar Della
"Ya udah cepetan! Gua ngantuk mau tidur ah!"
jawab Daneen dengan nada perintah.
Begitu menyelesaikan kalimatnya, Daneen tiba-tiba menoleh
ke arah pintu masuk tenda yang tertutup rapat itu. Ekor matanya kembali
menangkap bayangan yang sama seperti sebelumnya.
"Neen? Daneen? Jangan bikin gua panik ah! Iya ini
gua balikin punya lu, baperan amat, minta dikit doang juga" ujar Della.
"Siapa yang baperan sih? Gua tadi liat bayangan
doang, lu liat ga?" tanya Daneen ke Rifa dan Della yang tentu saja di
balas gelengan oleh mereka.
Rifa menyodorkan kapas pada Daneen.
"Cepet
bersih-bersih, terus tidur. Besok bakal banyak kegiatan" Ujar Rifa.
"Iya iya"
jawab Daneen.
~
"Pagi" Sapa seseorang.
Daneen yang sedang duduk disalah satu batang pohon yang
sudah tumbang itu menoleh ketika terdengar
suara yang menyapa indra pendengarnya.
"Eh? Pagi, kak." balas Daneen, tak lupa dengan
senyuman nya.
"Ngapain di sini sendiri?" tanya Azka, sang
ketua OSIS yang dikenal akan ke playboyan dan ketegasannya.
"Kak Azka sendiri? Ngapain nyamperin aku?"
tanya Daneen balik.
Azka tersenyum sebentar sebelum menyodorkan secangkir
coklat panas ke Daneen.
"Bosen, liat kamu di sini
jadi aku samperin
aja deh" Jawab Azka.
Daneen mengangguk kecil setelah menyesap sedikit isi dari
cangkir tersebut.
"Udah lama ga liat pemandangan cantik kayak gini,
pasti liatnya buku terus tiap hari" Ucap Daneen.
"Kayaknya sarapan kita udah siap tuh, duluan
ya." ujar Azka.
Ia mengusak rambut
Daneen sebentar sebelum benar-benar pergi dari sana.
Daneen tersenyum kecil, namun senyumannya hilang begitu
matanya menangkap seorang perempuan sedang terduduk di atas ayunan yang
tergantung di dahan pohon.
"Daneen! Sarapan!" teriak Zirah dari kejauhan.
Daneen menoleh
lalu membuat tanda 'ok' dengan jarinya.
Namun kakinya seakan tidak berkompromi dengan perutnya
yang minta diisi. Daneen berjalan menghampiri wanita itu, tersenyum sekilas
padanya lalu duduk di ayunan lainnya.
"Kamu... Anak kelas mana? Kok ga pernah liat?"
tanya Daneen.
Wanita itu menyibak rambutnya yang tertiup angin ke
belakang sambil tersenyum pada Daneen.
"Aku udah
lama di sini, bukan murid dari sekolah kamu" Jawab wanita itu.
"Pantesan ga pernah liat hehe" Ujar Daneen
sambil terkekeh.
"Oh iya, aku Daneen, salam kenal." ucap Daneen
sambil mengulurkan tangannya yang tentu dibalas oleh wanita itu.
Dingin, pikir Daneen.
"Anastasya, tapi panggil aja Anne" ucap Anne
sambil memperkenalkan diri.
notes : Anne dibaca En.
Daneen mengerutkan keningnya.
"Kok Anne?" tanya Daneen.
"Keluargaku biasa panggil Anne, keterusan sampe
sekarang" jawab Anne.
Daneen mengangguk mengerti. Keduanya kembali menatap
lurus ke depan, terdapat hamparan rumput yang luas dan beberapa pohon tinggi di
depan mereka.
"Kamu sering liat bayangan hitam ya?" tanya
Anne.
Daneen kembali
memusatkan perhatiannya ke Anne yang masih menatap lurus ke depan.
"Kamu... Liat juga?" jawab Daneen sambil
bertanya juga
Anne mengangguk.
"Mau ku kasih
tau apa itu?" ucap Anne lagi, tatapannya masih lurus ke pemandangan di
depan.
Daneen mengangguk, meski tau Anne tidak dapat melihat
itu. Anne akhirnya menoleh ke arahnya, tersenyum hangat layaknya senyuman
seorang ibu ke anak atau seorang kakak ke adik.
Tapi bukan seperti tatapan dari Daneen ke Jibran, ya.
Daneen membelalakkan matanya setelah mendengar penuturan
dari Anne.
"A-apa itu...
Theus?" tanya Daneen.
Anne tersenyum, ia menarik satu tangan Daneen dan
meletakkan sesuatu di dalam
telapak tangannya. "Ikuti perintahnya, jangan tergoda
dengan apa yang kamu lihat" ujar Anne yang membuat Daneen bingung.
"Daneen!"
Daneen membuka matanya. Apa-apaan ini? Kenapa Daneen
masih di tempat ia dan Azka duduk? Bukannya...
"Hey! Disuruh sarapan malah tidur, emang lu semalem
ga tidur apa?" ujar Della sambil menarik tangan Daneen agar mengikutinya.
"D-Del--" Ucap Daneen memanggil nama Della.
"Apa?!" teriak Della galak" Etdah, mode
senggol bacok ternyata.
“Eh, lu liat ayunan di sono ga? Atau cewe yang duduk di
sono? Kok gua bisa duduk di situ sih tadi?" tanya Daneen berturut-turut
dengan tangannya yang menunjuk tempat ayunan tadi.
Della menghembuskan nafasnya kasar, membuang wajahnya ke
arah lain selama beberapa saat lalu kembali menatap Daneen kesal.
"Daneen sayang ku, lu tuh dari tadi tidur di situ
pas Kak
Azka pergi. Lagi pula mana ada ayunan di sini, ga usah ngelantur! Efek laper
kayaknya" Jawab Della menjelaskan.
Della segera pergi setelah menyelesaikan kalimatnya,
sedangkan Daneen masih berusaha mencerna apa yang terjadi dengannya.
"Masa mimpi nyata banget? Tangannya beneran
kerasa--eh?" Pikiran Daneen bertanya-tanya.
Daneen membuka telapak tangan kanannya, terdapat sebuah
kertas di sana. Ia membukanya setelah menaruh cangkir pemberian Azka beberapa
saat lalu di salah satu meja.
"Perpustakaan kota, lorong paling sepi di rak paling
atas. Buku tua dengan judul 'something in the earth' halaman 112?" Ucap
Daneen sambil membaca yang dikertas.
"Maksudnya apa ini?Ada apa di perpustakaan kota?" sambung kalimat
Daneen.
Daneen segera memasukkan kertas tadi ke saku celananya
ketika Bian secara tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Hah? Oh, ini. Eum... Itu. Lagi belajar bahasa
Inggris! Iya, gua lagi belajar bahasa Inggris, hehe" ucap Daneen dengan
memberikan alasan yang gak jelas.
Bian mengerutkan keningnya bingung.
"Sejak kapan
lu belajar? Bukannya lu pengabdi 'selama masih ada remedial, kenapa ga?’ Udah
ah, cepetan makan!" ujar Bian lalu pergi meninggalkan Daneen dengan nampan
berisi makanan miliknya.
Daneen menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya ayunan
tadi dan pertemuaan dengan Anastasya yang tidak disengaja itu, serta surat kecil tadi harus
dirahasiakan sampai dia tau kebenarannya.
"Theus... Apa itu?" ucap Daneen dengan
kebingungan.
Bersambung...