Minggu, 20 September 2020

PART 4


Tiba-tiba...

"Oii Daneen" ucap seseorang dari belakang Daneen.

"Haaa!!" sontak Daneen berteriak, kaget. Sedangkan Bian yang berada di belakangnya hanya tertawa cukup keras.

"Hahaha itu Rifa, Daneen. Bukan makhluk gaib" ujar Bian masih menertawakan ekspresi kaget Daneen.

"Ish Rifa... bikin kaget aja! Udah ah ayo balik ke tenda, lu di cariin ama yang lain juga!" Ucap Daneen kesal.

"Oh pada nyariin gue? Padahal gua udah ijin sama Bu Alya tadi," ungkap Rifa.

~

Mereka pun segera balik ke tenda, namun sesampainya di tenda siswa suasananya sangat sepi seperti tidak ada orang sama sekali.

"Lah kok ga ada orang?" Tanya Bian bingung.

"Iya yah, mungkin mereka masih di hutan nyari si Rifa, yuk ke tenda guru aja... kita tanya guru jelasnya gimana" Ajak Daneen sambil berjalan ke arah tenda guru.

Sesampainya di tenda guru, ternyata keadaannya pun sama seperti di tenda murid yang terlihat sangat sepi.

"Bu...?? Pak...?? Pak Bima??" panggil Daneen sambil melangkah masuk diikuti Rifa dan Bian.

"Bu?? Pak??" teriak Rifa dengan suaranya yang melengking.

 "Manggil guru kok  kayak nagihin duit kontrakan" ketus Daneen yang hanya dibalas tawa kecil oleh Rifa.

"Ko ga ada ya?" Tanya Bian.

 "Yaudah tungguin aja kali ya" usul Rifa yang diangguki mereka berdua.

 

Hari yang semakin gelap dan hembusan angin malam yang sangat dingin membuat suasana semakin mencekam, ditambah lagi dengan adanya suara burung hantu.

"Yang lain mana sih?!" Ucap Bian yang sudah kehabisan kesabaran.

"Padahal malam sudah semakin larut tapi mereka belum balik juga, emang pada ngapain aja sih?" Tanya Daneen kebingungan.

"Daneen!"  Panggil Seseorang.

Daneen, Bian, dan Rifa menoleh ketika mendengar suara khas Nita, salah satu pengurus OSIS yang juga ikut mencari Rifa.

"Eh eh, santai. Atur nafas dulu, jangan pingsan di sini, ga ada yang mau ngurusin lo" ujar Daneen begitu Nita berdiri di depannya.

"Sumpah ya... Huh huh... Pak Bima panik tau! Dia kira lu ikutan ilang juga" keluh Nita ditengah kepanikannya.

"Hah? Gua? Nyasar di hutan? Ga level banget" Jawab Rifa yang menyebalkan.

"Emang pak Bima dimana?" lanjut Rifa yang bertanya.

Nita menunjuk tempat yang ia maksud.

"Di tenda siswa, cepet ke sono" ujar Nita.

~

"Kalian tuh ya, bisanya bikin panik aja! Gimana sih kalian ini? Sudah kelas 11 tapi masih aja kayak anak kecil!" Ucap Pak Bima dengan nada kesal.

Daneen, Bian juga Rifa hanya dapat menunduk saat gurunya itu mulai mengomel.

"Maaf pak" hanya itu yang dapat keluar dari mulut mereka  bertiga.

"Ya sudah, kalian sekarang tidur. Kegiatan malam ini kita lakukan besok malam saja" ujar pak Bima, final.

Daneen dan Rifa segera menuju tenda mereka, sedangkan Bian berbelok menuju teman-teman sekelasnya yang sedang bermain gitar.

 

Di dalam tenda, Della sedang membersihkan wajahnya dengan pembersih wajah milik Daneen.

"So? Gimana? Enak di semprot sama pak Bima?" Tanya Della.

"Berisik lu, balikin sini punya gua!" ucap Daneen kesal.

Della segera menyembunyikan botol itu ke belakang tubuhnya.

 "Eits, nanti dulu gue lagi pake nih" Ujar Della

"Ya udah cepetan! Gua ngantuk mau tidur ah!" jawab Daneen dengan nada perintah.

Begitu menyelesaikan kalimatnya, Daneen tiba-tiba menoleh ke arah pintu masuk tenda yang tertutup rapat itu. Ekor matanya kembali menangkap bayangan yang sama seperti sebelumnya.

"Neen? Daneen? Jangan bikin gua panik ah! Iya ini gua balikin punya lu, baperan amat, minta dikit doang juga" ujar Della.

"Siapa yang baperan sih? Gua tadi liat bayangan doang, lu liat ga?" tanya Daneen ke Rifa dan Della yang tentu saja di balas gelengan oleh mereka.

Rifa menyodorkan kapas pada Daneen.

 "Cepet bersih-bersih, terus tidur. Besok bakal banyak kegiatan" Ujar Rifa.

"Iya iya" jawab Daneen.

~

"Pagi" Sapa seseorang.

Daneen yang sedang duduk disalah satu batang pohon yang sudah tumbang itu menoleh ketika terdengar suara yang menyapa indra pendengarnya.

"Eh? Pagi, kak." balas Daneen, tak lupa dengan senyuman nya.

 "Ngapain di sini sendiri?" tanya Azka, sang ketua OSIS yang dikenal akan ke playboyan dan ketegasannya.

"Kak Azka sendiri? Ngapain nyamperin aku?" tanya Daneen balik.

Azka tersenyum sebentar sebelum menyodorkan secangkir coklat panas ke Daneen.

"Bosen, liat kamu di sini jadi aku samperin aja deh" Jawab Azka.

Daneen mengangguk kecil setelah menyesap sedikit isi dari cangkir tersebut.

"Udah lama ga liat pemandangan cantik kayak gini, pasti liatnya buku terus tiap hari" Ucap Daneen.

"Kayaknya sarapan kita udah siap tuh, duluan ya." ujar Azka.

 Ia mengusak rambut Daneen sebentar sebelum benar-benar pergi dari sana.

Daneen tersenyum kecil, namun senyumannya hilang begitu matanya menangkap seorang perempuan sedang terduduk di atas ayunan yang tergantung di dahan pohon.

 

"Daneen! Sarapan!" teriak Zirah dari kejauhan.

 Daneen menoleh lalu membuat tanda 'ok' dengan jarinya.

Namun kakinya seakan tidak berkompromi dengan perutnya yang minta diisi. Daneen berjalan menghampiri wanita itu, tersenyum sekilas padanya lalu duduk di ayunan lainnya.

"Kamu... Anak kelas mana? Kok ga pernah liat?" tanya Daneen.

Wanita itu menyibak rambutnya yang tertiup angin ke belakang sambil tersenyum pada Daneen.

 "Aku udah lama di sini, bukan murid dari sekolah kamu" Jawab wanita itu.

"Pantesan ga pernah liat hehe" Ujar Daneen sambil terkekeh.

"Oh iya, aku Daneen, salam kenal." ucap Daneen sambil mengulurkan tangannya yang tentu dibalas oleh wanita itu.

Dingin, pikir Daneen.

"Anastasya, tapi panggil aja Anne" ucap Anne sambil memperkenalkan diri.

notes : Anne dibaca En.

Daneen mengerutkan keningnya.

"Kok Anne?" tanya Daneen.

"Keluargaku biasa panggil Anne, keterusan sampe sekarang" jawab Anne.

Daneen mengangguk mengerti. Keduanya kembali menatap lurus ke depan, terdapat hamparan rumput yang luas dan beberapa pohon tinggi di depan mereka.

 

"Kamu sering liat bayangan hitam ya?" tanya Anne.

 Daneen kembali memusatkan perhatiannya ke Anne yang masih menatap lurus ke depan.

"Kamu... Liat juga?" jawab Daneen sambil bertanya juga

Anne mengangguk.

 "Mau ku kasih tau apa itu?" ucap Anne lagi, tatapannya masih lurus ke pemandangan di depan.

Daneen mengangguk, meski tau Anne tidak dapat melihat itu. Anne akhirnya menoleh ke arahnya, tersenyum hangat layaknya senyuman seorang ibu ke anak atau seorang kakak ke adik.

Tapi bukan seperti tatapan dari Daneen ke Jibran, ya.

 "Itu namanya theus, dia ngincer kamu, lebih tepatnya sesuatu yang spesial dari tubuh kamu" jelas Anne.

Daneen membelalakkan matanya setelah mendengar penuturan dari Anne.

 "A-apa itu... Theus?" tanya Daneen.

Anne tersenyum, ia menarik satu tangan Daneen dan meletakkan sesuatu di dalam telapak tangannya. "Ikuti perintahnya, jangan tergoda dengan apa yang kamu lihat" ujar Anne yang membuat Daneen bingung.

 

"Daneen!"

Daneen membuka matanya. Apa-apaan ini? Kenapa Daneen masih di tempat ia dan Azka duduk? Bukannya...

 

"Hey! Disuruh sarapan malah tidur, emang lu semalem ga tidur apa?" ujar Della sambil menarik tangan Daneen agar mengikutinya.

"D-Del--" Ucap Daneen memanggil nama Della.

"Apa?!" teriak Della galak" Etdah, mode senggol bacok ternyata.

“Eh, lu liat ayunan di sono ga? Atau cewe yang duduk di sono? Kok gua bisa duduk di situ sih tadi?" tanya Daneen berturut-turut dengan tangannya yang menunjuk tempat ayunan tadi.

 

Della menghembuskan nafasnya kasar, membuang wajahnya ke arah lain selama beberapa saat lalu kembali menatap Daneen kesal.

"Daneen sayang ku, lu tuh dari tadi tidur di situ pas Kak Azka pergi. Lagi pula mana ada ayunan di sini, ga usah ngelantur! Efek laper kayaknya" Jawab Della menjelaskan.

Della segera pergi setelah menyelesaikan kalimatnya, sedangkan Daneen masih berusaha mencerna apa yang terjadi dengannya.

"Masa mimpi nyata banget? Tangannya beneran kerasa--eh?" Pikiran Daneen bertanya-tanya.

 

Daneen membuka telapak tangan kanannya, terdapat sebuah kertas di sana. Ia membukanya setelah menaruh cangkir pemberian Azka beberapa saat lalu di salah satu meja.

"Perpustakaan kota, lorong paling sepi di rak paling atas. Buku tua dengan judul 'something in the earth' halaman 112?" Ucap Daneen sambil membaca yang dikertas.

"Maksudnya apa ini?Ada apa di perpustakaan kota?" sambung kalimat Daneen.

Daneen segera memasukkan kertas tadi ke saku celananya ketika Bian secara tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Hah? Oh, ini. Eum... Itu. Lagi belajar bahasa Inggris! Iya, gua lagi belajar bahasa Inggris, hehe" ucap Daneen dengan memberikan alasan yang gak jelas.

Bian mengerutkan keningnya bingung.

 "Sejak kapan lu belajar? Bukannya lu pengabdi 'selama masih ada remedial, kenapa ga?’ Udah ah, cepetan makan!" ujar Bian lalu pergi meninggalkan Daneen dengan nampan berisi makanan miliknya.

Daneen menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya ayunan tadi dan pertemuaan dengan Anastasya yang tidak disengaja itu, serta surat kecil tadi harus dirahasiakan sampai dia tau kebenarannya.

"Theus... Apa itu?" ucap Daneen dengan kebingungan.

 

 


Bersambung...

Baca juga:

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

54,956

Random Post

  • Pentingnya Relasi Setelah Lulus Sekolah
  • Tim Sponsor Pentas Seni (Semesta) SMK Negeri 11 Jakarta
  • Angin Segar Bagi Ekskul Jurnalistik di SMKN 11 Jakarta
  • RAMAI!! YOUTUBER KECEH INI ALUMNI 11 LHO
  • Ada yang Unik di Peringatan Maulid Nabi Tahun Ini

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami