Selasa, 02 Mei 2017

ilustrasi


Untuk kalian yang masih remaja, pasti pernah mengalaminya. Jangankan para remaja, terkadang ibu-ibu rumahtangga yang tugasnya merawat keluarganya saja, ikut-ikutan menjadi alay. Apalagi ditambah zaman sudah semakin modern. Uang dengan mudahnya didapatkan. Gadget-gadget canggih sudah banyak diciptakan. Dengan uang sejumlah satu juta rupiah saja, kita sudah bisa membeli sebuah gadget canggih dengan merk yang cukup terkenal. Akhirnya banyak sekali anak-anak sekolah ketergantungan dengan gadgetnya itu.
Salah satu korban ketergantungan gadget canggih adalah Weni. Dia masih duduk dibangku SMK. Umurnya sekitar 17 tahunan. Umur segitu adalah umur dimana anak-anak perempuan mengalami masa-masa pubernya. Dia yang tadinya pendiam tiba-tiba berubah menjadi Weni yang pecicilan. Centil, istilah zaman sekarang.
Setiap jam pelajaran sekolah, dia selalu memainkan gadgetnya itu. Semua akun sosmed telah dimilikinya. Mulai dari yang paling sering dikunjungi oleh semua orang, yaitu facebook sampai Path yang semua orang jarang memilikinya. "Bentar-bentar cekrek, bentar-bentar cekrek. Selfie dikit cekrek, senyum dikit cekrek,” ujar Lia teman sebangku Weni.
Sekitar dua hari yang lalu, kepala sekolah telah memberikan penyuluhan mengenai 'Larangan Membawa Hp ke Sekolah'. Entah mengapa, semua siswa-siswi sekolah tersebut bersorak-sorak tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dengan sabarnya memberikan penjelasan kepada mereka semua, tetap saja masih ada satu atau dua orang yang nyeletuk ucapan tak enak didengar. Ternyata bukan hanya Weni yang ketergantungan dengan gadget, tetapi seluruh siswapun telah ketergantungan oleh gadget canggih yang dimilikinya. Sehingga mereka tidak setuju jika sekolah melarang membawa Hp ke kelas.
Bagaimana seluruh siswa-siswi yang telah dibilang 'remaja' ini tidak ketergantungan?, didalam gadget tersebut telah dilengkapi aplikasi-aplikasi yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka semua. Tidak perlu jauh-jauh untuk membelinya. Tidak perlu jalan kaki sampai kepanasan untuk membelinya. Dengan duduk santai, tiduran, nonton TV sampai memasak di dapur saja kita bisa membelinya. Yaitu dengan cara download aplikasi tersebut di salah satu playstore yang ada di gadget itu sendiri. Tentu saja ada plus minusnya dari aplikasi tersebut. Ambil contoh kecilnya saja, yaitu aplikasi seperti  'Buku Online'. Didalam aplikasi ini ada plusnya, yaitu para pelajar bisa belajar lebih luas lagi mengenai materi yang sedang dibahas oleh guru. Mereka semua juga bisa searching mengenai materi yang kurang paham. Serta mereka juga bisa membentuk kelompok diskusi umum yang berbasis online. Tetapi dari sekian plus yang terdapat diaplikasi tersebut, ada juga dampak negatif atau minusnya dari aplikasi tersebut. Yaitu, para pelajar tidak pernah membawa buku pelajaran yang telah diberikan oleh sekolah untuk digunakan selama KBM berlangsung.
Kebanyakan buku-buku yang diberikan sekolah hanya disimpan dengan mulus di dalam lemari. Terlihat sekali buku itu masih baru. Banyak sekali guru-guru yang mengeluh akan hal tersebut.

***


Menggunakan aplikasi yang ada di dalam gadget kita itu boleh hukumnya. Malah tidak ada larangannya sama sekali, kecuali yang memang benar-benar dilarang oleh negara. Tetapi, kita harus bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baik mungkin. Dan kita juga harus mempunyai referensi tersendiri dari buku-buku yang ada. Agar wawasan kita bertambah luas dan buku-buku tersebut tidak sia-sia keberadaannya.
"BETE NIH GAK ADA GURU".
Itu adalah salah satu status milik Weni. Sekitar 5 menit yang lalu kalimat itu diluncurkannya di salah satu akun jejaring sosial miliknya. Dilihat-lihat like untuk status tersebut lumayan banyak. Padahal hanya status seperti itu, tetapi likenya tembus 1000 likers. Tak lupa juga ada banyak orang yang meninggalkan comment di dalam postingan tersebut. Terlihat sangat jelas, Weni menanggapinya dengan sangat baik.
"Sokin kelas gue dong. Disini juga lagi gak ada guru".
Itu adalah salah satu comment yang ditinggalkan oleh akun yang bernama Rafi Daputra. Rafi memang teman sekolah Weni. Mereka berdua hanya berbeda ruang kelas saja.
Bisa dilihat dari gaya bicara mereka di sosmed, mereka sangat akrab. Dengan adanya gadget, sepertinya lautan saja tidak menjadi penghalang komunikasi antara dua orang atau lebih. Padahal bisa dilihat dengan jelas, lautan sangatlah luas. Belum lagi ditambah dengan pegunungan yang mengitari daratan. Sudah terbayangkan bagaimana luasnya jarak tersebut?.
Dengan adanya gadget kita hanya perlu sekali klik 'Send' pesan yang akan disampaikan kepada seseorang yang amat-teramat jauh akan sampai dengan hitungan menit saja. Canggih bukan? Itulah kelebihan gadget itu sendiri.
Sekolah melarang seluruh siswa-siswi membawa gadget ke kelas. Hal ini karena sekolah merasa terganggu dengan adanya keberadaan gadget di dalam lingkungan sekolah. Banyak siswa-siswi yang tidak memanfaatkan gadget dengan baik. Bukan hanya itu, banyak guru-guru mendapatkan ‘mangsa’ di dalam kelas ketika mengajar. Katanya sih, pada saat guru menerangkan di depan kelas, masih banyak siswa-siswi yang asyik sendiri dengan gadgetnya itu. Sampai-sampai guru yang sedang berbicara di depan kelas tidak diperhatikan dan guru merasa tersinggung. Hal ini banyak sekali terjadi dikalangan anak sekolah.
"Lia, foto yuk. Gue baru download aplikasi baru nih. Katanya si, aplikasi ini bisa bikin muka kita makin cantik".
"Masa si Wen?, itu aplikasi baru apa gimana?", Tanya Lia bingung.
"Iya. Ini adalah aplikasi baru. Gue baru aja download . Mau nyoba gak? Pasti seru deh".
Mereka berdua asyik dengan aplikasi tersebut. Padahal kelas mereka sedang kosong tak ada guru. Seharusnya mereka memanfaatkan jam kosong tersebut untuk hal yang positif, tetapi mereka malah mengisi waktu luang untuk berfoto ria.
Bukan hanya mereka berdua. Dilihat dari luar,  kelas mereka sangatlah gaduh. Terdengar sangat kencang suara musik yang diputar lewat gadget mereka. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Padahal kelas lain merasa terganggu oleh kegaduhan kelas mereka.
Jika ada kelas lain yang menegurnya, tidak tau kenapa kelas mereka malah yang marah. Padahal, jika dilihat-lihat kelas merekalah yang bersalah karena telah mengganggu konsentrasi belajar orang lain. Bukannya minta maaf, malah marah-marak tidak jelas. Itu adalah ciri khas kelasnya Weni.

***



Stopcontac terlihat tak beraturan. Banyak sekali kabel-kabel sambungan untuk meng-charge. Di bawah kolong meja banyak sekali cabang-cabang stopcontac yang digunakan oleh siswa-siswi yang tidak kebagian stopcontac. Bukankah hal itu sangat berbahaya?, bisa saja terjadi kebakaran karena konsleting listrik yang diakibatkan oleh ceceran kabel tersebut atau bertumpuknya penggunaan stopcontac. Tetapi tidak ada satupun dari mereka  yang sadar akan hal tersebut.
Selama di sekolah, kurang lebih kita belajar selama  9 jam. Itupun belum dipotong oleh istirahat dua kali. Istirahat pertama sekitar jam 9 pagi  untuk makan atau shalat dhuda. Dan istirahat kedua sekitar jam 12 siang. Kebanyakan istirahat kedua dimanfaatkan untuk beribadah shalat dzuhur bagi umat islam. Dan yang lain melakukan makan siang atau tidur diatas meja.
Setiap ada berita terbaru yang baru saja diupload dijejaring sosial, mereka semua dengan mudah dan cepat mengetahuinya. Entah mengapa kabar tersebut sudah seperti bisikan sesaat yang sangat cepat. Dizaman dulu, berita-berita seperti ini tersebar sangat sulit dan lama kekalangan masyarakat, bahkan bisa sampai satu bulan berita tersebut baru tersebar luas. Tetapi dizaman yang modern dan super canggih ini, berita apapun dengan jangka waktu satu menit sudah banyak tersebar luas dikalangan masyarakat. Canggih bukan?, itulah kemajuan zaman sekarang.
Bukan hanya di sekolah, di rumahpun sebagian besar siswa-siswi tidak bisa lepas dari gadgetnya. Setiap detik, menit, dan jampun mereka semua masih memainkannya. Setiap mereka bangun tidur, barang pertama yang dicari adalah gadget yang dimilikinya. Setelah itu, mereka mengecek semua aplikasi chating yang ada digadgetnya. Yang lebih parahnya lagi, besok adalah hari neraka. Yaitu hari dimana ulangan mata pelajaran yang sangat mematikan diadakan, contohnya ulangan akuntansi. Pelajarannya sangat sulit dan rumit, namun mata pelajaran ini memecahkan rekor dengan kategori 'KKM Tertinggi' yang ada di sekolah tersebut. Bagaimana tidak?, mata pelajaran lain hanya memiliki kkm sebesar 75. Tetapi, kkm untuk mata pelajaran ini adalah 85. Terkadang para siswa-siswi bukannya belajar dengan khusyuk agar besok bisa mengerjakannya dengan baik dan benar, mereka semua malah kebanyakan asyik main gadget sampai larut malam. Kertas materi ulangan hanya ditaruh disebelah tempat tidurnya saja. Terlihat lecek si, tetapi bukan karena dibaca. Melainkan karena ketiduran jadi lecek dan kusut.
Kebanyakan siswa-siswi seperti ini hanya berharap 'Besok mendapatkan pengawas ulangan yang baik, agar bisa nyontek' atau nggak 'Ulangan aja dulu, remed mah belakangan. Yang penting kita udah tau soalnya ini'. Biasanya si seperti itu pemikiran mereka semua. Entah kenapa pikiran mereka seperti ini, "Mungkin virus gadget tercemar luas diotak mereka. Sampai-sampai otaknya kopong tidak ada isinya. Macam otak udang", Ujar salah satu siswi teladan yang ada di sekolah itu.
           Mengikuti perkembangan zaman boleh. Hal ini malah diharuskan, agar kita tidak kuper atau kampungan. Tetapi hal yang harus selalu diingat adalah, manfaatkan perkembangan zaman itu dengan sebaik-baik mungkin. Jangan sampai kita mendapatkan kerugian yang paling terbesar akibat hal itu. Karena, hanya manusia bodoh dan manusia yang tak punya pikiran sajalah yang mau dirinya dirugikan.***
                                     



 tentang penulis:

Esi Istiqomah lahir pada tanggal 05 November 1998 di Jakarta. Dia bertempat tinggal di Jl. Teluk Gong Raya Rt.07/Rw.09, Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan, Jakarta Utara. Dia masih duduk dibangku Sekolah Menengah Kejuruan kelas 12. Sejak kecil dia memang suka menulis. Namun, penulis bukanlah cita-citanya. Dia dulu bersekolah di SDN Pejagalan 011 Pagi, Jakarta Utara. Sekolah ini sekarang sudah menjadi SDN Pejagalan 09 Pagi, Jakarta Utara.


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Kamu Pembaca Ke

Random Post

Galeri foto

Galeri foto

Ikuti media sosial kami